Saya yang Mengarahkan Tito Karnavian Jadi Kapolri
- VIVA.co.id/M. Ali. Wafa
VIVA.co.id – Suasana tegang terasa saat Kapolri Jenderal Badrodin Haiti masuk ke ruang pertemuan. Jenderal tertinggi di Korps Bhayangkara itu masuk dengan raut muka yang datar namun tegas.
Menjinjing sebuah proposal laporan kerja anak buahnya, kemudian menyalami tim VIVA.co.id yang sudah menunggu selama satu jam, dan selanjutnya dia duduk di kursi utama.
Setelah menyilahkan duduk para tamunya, sang jenderal bintang empat itu tekun meneliti proposal. Sesekali dia membenarkan kacamata nya saat membaca susunan kata yang menjadi kalimat yang ditulis anak buahnya itu. Kapolri kemudian diam dan fokus membaca selama kurang lebih lima belas menit. Tak ada yang berani berbicara.
Ruang pertemuan pun menjadi hening. Hanya gesekan kertas proposal yang terdengar di ruangan yang berisi tujuh orang itu.
Tak hanya fokus pada isi proposal, namun pria kelahiran Jember, Jawa Timur, 24 Juli 1958 juga teliti masalah angka dalam laporan tersebut. Dia bahkan memanggil anak buahnya yang berada di ruang pertemuan itu dan meminta untuk menjelaskannya. Mantan Kabaharkam itu terlihat sedikit protes dengan jumlah personel anak buahnya yang terlibat dalam mengamankan sepanjang libur lebaran Idul Fitri.
Usai membaca puluhan lembar kertas laporan, Badrodin tersenyum lebar. Dia mulai membuka obrolan, dan mencairkan suasana. Tegang yang terasa belasan menit itu kemudian berubah menjadi nuansa kekeluargaan. Banyak canda dan gagasan yang diutarakan oleh jenderal peraih bintang Adhi Makayasa itu.
Badrodin mengaku sedikit agak lega, jelang pensiunnya awal Juli 2016 mendatang, sudah ada jenderal bintang tiga yang dipilih Predisen Jokowi untuk menggantikan tugas menjadi Tri Brata 1 (TB1). Sejak penunjukan Komisaris Jenderal Tito Karnavian oleh Jokowi, perhatian Badrodin pun sepenuhnya diberikan ke Tito. Sebab, Tito ketika itu akan menjalani uji kelayakan dan kepatuhan oleh DPR.
Tak hanya membahas soal Tito, lulusan Akabri (sekarang Akpol) tahun 1982 juga menjelaskan mengenai kondisi kemanan nasional hingga kasus-kasus yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia saat ini dan masih banyak lagi. Itu Badrodin tuangkan saat wawancara khusus dengan VIVA.co.id, Rabu 22 Juni 2016. Masih banyak hal lain yang dibahasa perwira polisi yang pernah menduduki sejumlah jabatan strategis ini. Berikut kutipan wawancaranya lengkapnya:
Mengapa Anda tertarik menjadi polisi?
Sebenarnya kalau kita mau lihat dulukan tahunya Akabri. (Akabri) Itu menjadi satu dan tidak dipisah-pisahkan. Ada TNI angkatan darat, laut, udara dan polisi. Waktu itu memang hanya Akabri saja. Waktu saya mendaftar tahunya Akabri. Hanya persoalannya satu tahun di Akabri, sama-sama kemudian pada mau naik tingkat dua, dan harus mengikuti psikotes. Nah ujian tersebut akan menentukan masuk TNI AD, AL, AU atau masuk ke akademi kepolisian. Jadi yang menentukan adalah psikotes.
Setelah itu, apa prosesnya?
Setelah mengikuti proses itu dan hasil psikotes menentukan masuk mana, dan selesai tiga tahun sekolah baru diwisuda menjadi letnan dua polisi. Kalau sekarang pangkatnya inspektur dua polisi.Jadi sesuai hasil psikotes, saya bisa mencapai karier pucak tertinggi, psikotesnya enggak meleset.
Jadi polisi itu cita-cita atau paksaan?
Saya cita-citanya masuk di Akabri itu, karena kan pendidikannya gartis.
Orangtua Anda polisi?
Ohh enggak ada, bapak saya petani.
Ketika sudah jadi Kapolri, apakah mengharuskan anak untuk meniru jejak Anda?
Anak saya kan dua laki-laki semua, kebetulan dua-duanya berminat jadi polisi. Saya katakan, kalau mau jadi polisi silahkan. Nah anak saya yang pertama jadi polisi dan anak kedua kuliah di UI.
Berarti tidak memaksa anak untuk jadi polisi?
(Tidak) biar mereka bebas memilih. Tapi kalau dia berminat, saya kasih jalan.
Menurut Anda, apa rasanya menjabat sebagai seorang Kapolri?
Pasti ada rasa suka dukanya pasti. Namanya juga polri, pekerjaanya semakin berat, tanggungannya luas, cukup berat tanggung jawabnya. Oleh karena itu, memerlukan satu konsep terus menerus karena yang dihadapi hari-hari itu masalah. Bagaimana memecahkan masalah-masalah, kita hadapi di internal polri maupun di operasional di luar.
Ada kasus sedikit, lalu bagimana penyelesainya, bagaiamana penanganannya di wilayah, bisa tangani secara efektif atau tidak. Kita juga mengingatkan karena yang dihadapi hampir setiap hari berhadapan dengan masyarakat dan memberikan pelayanan ke masyarakat. Sehingga kita harus arahkan betul agar efektif dalam menghadapi masalah.
Saat sudah jadi Kapolri, artinya impian Anda terwujud?
Hampir semua lulusan Akpol impiannya jadi Kapolri, tanya saja semuanya (anggota polisi) karena karier tertinggi di situ. Artinya boleh kita mengimpikan seperti itu, tapi kita bisa lihat bahwa yang diukur bukan impiannya atau cita-citanya tapi seberapa besar, seberapa kuat dia untuk memperjuangkan cita-citanya itu. Jadi kalau santai-santai saja mana bisa sampai ke atas (jadi Kapolri). Semua seperti itu.
Pemilihan Kapolri itu ada campur tangan Presiden?
Ya pastilah lah, yang mengangkat Kapolri kan bukan siapa-siapa. Kalau presiden enggak nunjuk, saya enggak jadi Kapolri.
Kalau boleh tahu, bagaimana komunikasi Anda dengan Budi Gunawan?
Baik kok, enggak ada masalah, biasa saja.
Informasinya dulu Anda mencalonkan Budi Gunawan jadi Kapolri menggantikan Anda?
Ada empat yang kita calonkan. Ada angkatan 82, 83, 84 dan 85.
Untuk masalah calon Kapolri, Anda turut memberikan suara ke Presiden?
Kewajiban kita memberikan masukan, karena suara dari dalam (internal polri). Suara dari internal polri, tentu apakah nanti dipakai atau tidak bukan merupakan sutau kewajiban presiden. Pak Tito sendiri kita tidak masukan, karena memang beliau pernah saya tanya. Beliau ingin fokus di BNPT, karena di BNPT baru sebentar dan ingin membenahi BNPT, membenahi terorisme yang lebih efektif dan satu hal lagi katanya, masih banyak senior. Itu yang dia sampaikan ke saya.
Akhirnya Jokowi milih Komjen Tito?
Itu hak prerogatif presiden, waktu itu saya menghadap presiden dan Pak Mensesneg menyampaikan kepada saya.
Terpilihnya Komjen Tito kan melangkahi lima angkatan seniornya?
Tidak ada masalah, karena memang sistem pembinaan karier di polisi. Kalau sudah bintang tiga tentu sudah punya kapasitas memimpin polri, dari perwira pertama sampai perwira tinggi itu sudah jelas tertata, pendidikannya jelas. Kalau enggak sespim mana bisa jadi Kapolres, utama ada pendidikan yang harus dilalui.
Masalah kepangkatan jabatan sudah lengkap. Kalau sudah mencapai bintang tiga, sudah punya kemampuan mempunyai wawasan untuk bisa memimpin Polri. Sehingga tergantung Bapak presiden mau pilih yang mana. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Saat Komjen Tito ditunjuk, apa Anda memberi perhatian khusus?
Pak Tito masih anak buah juga. Saya tanyakan siapa yang mendampingi dia, siapa yang menyiapkan bahannya-bahannya, semua disiapkan.
Setelah ditunjuk jadi calon Kapolri, Komjen Tito sempat menghadap Anda?
Pak Tito sempat menghadap ke sini. Pak Tito memang sudah akrab, mungkin tiga hari sekali ke rumah. Kita arahkan sebagai pendahuluanya, sebagai senior, saya arahkan Pak Tito (menjadi Kapolri). Harus dilakukan pengalaman-pengalaman saya. Kan saya mengikuti proses sebelumnya, untuk bisa berjalan mulus.
Ada pesan khusus untuk Komjen Tito?
Ada, tapi itu sifatnya untuk publik.
Untuk wakil Komjen Tito, Anda juga beri masukan?
Ya, wakil Pak Tito sendiri apa disetujui presiden atau tidak. Karena memang jabatan bintang tiga, presiden juga perlu memberikan pertimbangan.
Pensiun bulan Juli, apa rencana Anda?
Mau naik haji, sudah jadi orang bebas dan enggak terikat.
Kalau mendapat tawaran menjadi menteri atau Dubes?
Bukan bidang saya.
Tahun ini Anda merubah nama sandi operasi untuk pengamanan lebaran, apa alasannya?
Kita kan setiap tahun namanya operasi ketupat, itu kan identik dengan makanan. Artinya hanya sekedar simbol saja, kita mau ada sandi memang punya makna, kebetulan waktu rapat terbatas sandi operasi ketupat setiap tahun, kita carikan. Kebetulan ada nama Ramadaniya ini, yang artinya adil, suci dan sempurna. Kemudian bisa juga kepanjangan Ramadan dan Hari Raya. Seperti sekarang lagi ngetren nama supporter bola Jakarta misalnya Jakmania. Itu kan punya makna sendiri.
Bagaimana kesiapan pengamanan mudik lebaran tahun ini?
Kemarin kita sudah rapatkan, saya mimpin dengan Pak Wakapolri. Saya sudah cek kapolda-kapolda yang beban tugasnya berat seperti Lampung, Banten, kemudian Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, itu kita undang rapat pengecekan kesiapan akhir, pelaksanakan operasi Ramadaniya.
Dari laporan yang kita terima, kita sudah siap secara keseluruhan. Memang ada beberapa infrastruktur yang perlu dikebut, sehingga tidak terhambat. Karena operasi Ramadaniya itu kan ada dua hal yang harus kita tangani dengan baik. Pertama, artinya orang-orang yang mudik ini merayakan lebaran jangan sampai terhambat karena kemacetan, karena masalah di jalan, sehingga itu yang harus kita persiapkan.
Kemudian kedua, keamanan ketertiban masyarakat (kamtibmas), tentu kita tidak mengharapkan ada gangguan kegiatan masyarakat untuk merayakan Idul Fitri. Dua hal yang menjadi konsentrasi oleh karena itu kita mulai dari pemetaan survei lapangan, survei rawan-rawan kemacetan, gangguan kambtimas dan bahkan persiapan personelnya kita siapkan. Komandannya kita sudah siapkan, latihan sudah dilakukan masing-masing satuan wilayah tinggal pelaksaanya saja. Karena ini tentu dari kesipan itu cukup baik, semoga ini bisa berjalan dengan baik.
Apa perbedaan pengamanan lebaran tahun dengan tahun lalu?
Perbedaannya tidak banyak, hampir sama. Mungkin perkiraannya kemacetannya bergeser karena memang yang lalu di Pejagan, di gerbang-gerbang tol itu terjadi kemacetan, kemudian rest area juga terjadi kemacetan. Kita lakukan upaya-upaya. Sekarang paling nanti kemacetan di Brebes Timur, sehingga mudah-mudahan simpul ini tidak menggangu kelancaran arus lalu lintas.
Sudah memetakan titik kemacetan arus mudik dan balik?
Kan sumbernya dari Jakarta. Lalu ada yang ke barat, simpulnya ada di Pelabuhan Merak itu kemarin kita sudah cek ada 53 kapal yang sudah disiapkan tapi secara keselurahan. Mungkin yang beroprasi pada puncaknya 27 saja, karena dermaga terbatas sedangkan kapalnya banyak.
Kemudian, kemacetan yang ke arah timur, ada ke Bandung. Kemacetan di kota Bandung, Nagrek, jalur utara bisa saja di Pejagan atau Brebebs Timur. Tegal ini daerah rawan. Kita tempatkan pembagi arus di Cikopo, sehingga jalan pindah ke Simpang Jomin dan ke kanan ke Subang, bisa dibagi dari situ. Lebaran ini diuntungkan dengan hari libur panjang, tanggal 2-10 Juli. Sehingga ini menguntungkan, mudah-mudahan tidak bersamaan mudiknya tanggal 1 dan 2 Juli tapi dibagi secara merata.
Pengamanan lebaran tak hanya soal lalu lintas, apa saja yang dipantau?
Seluruh polda-polda melaksanakan operasi ini, tapi yang menjadi atensi Lampung, Banten, Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Yogyakarta dan Sulsel itu menjadi atensi kita. Termasuk yang di Jakarta banyak yang ditinggal mudik dan banyak rumah kosong, kita minta antispasi. Setelah lebaran itu biasanya pusat-pusat rekreasi di TMII, Ragunan. Itu semua kita sudah antispasi.
Sudah mengantisipasi pengamanan lebaran dengan cuaca tak menentu dan bencana di beberapa daerah?
Kita sudah prediksikan, pada saat lebaran nanti harus kita antispasi cuaca termasuk gelombang laut. Beberpra hari lebih belakangan ini gelombang tinggi, kita sudah antipasi, kita sudah dingatkan masalah longgsor dan banjir ini selalu kita koordinasikan.
Apa pesan Anda untuk warga yang ingin menjalani mudik lebaran nanti?
Saya berpesan bahwa tentu lebaran ini mobilitas masayarakat, mobilitas orang barang terus meningkat. Oleh karena itu, Saya mengimbau kepada pengguna jalan, baik yang
mudik maupun yang tidak tentu taati aturan lalu lintas. Jaga keselamatan di jalan. Kalau memang lelah istrhata lah, di rest araea yang disiapkan termauk kantor polisi,
polsek dan polres bisa dimanfaatkan. Mari kita jaga lingkungan kita masing-masing. Jaga keamanan di lingkungan kita masing-masing.
Sejauh Anda menjabat sebagai Kapolri, bagaimana kondisi keamanan nasional?
Sampai saat ini terkendali, tidak ada kasus-kasus yang menonjol. Justru sekarang masalah banjir dan longsor harus kita waspadai beberapa daerah di Jawa Tengah, jumlah korban sudah mencapai 44 orang. Ini juga kita harus antisipasi. Ke depan masih ada hujan lebat bisa saja menjadi suatu bencana.
Soal terorisme, sejauh mana perburuan Santoso?
Perburuan Santoso terus dilakukan, seminggu yang lalu kita menangkap satu anggota Santoso. Mereka juga tinggal kalau enggak salah ada 21 orang di bagi dalam dua kelompok. Ini terus kita lakukan perburuan, hambatannya juga cukup berat, masalah cuaca hujan terus setiap hari.
Sudah ada titik terang?
Dari kemarin juga sudah, tapi mereka kuat juga kan.
Kekuatan jaringan Santoso seperti apa?
Kalau yang di Poso sendiri intinya ada 21, tetapi kan intinya simpatisannya juga di Poso. Jaringannya cukup luas, ada di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur ada di Kalimantan. Bahkan ada di Filipina juga ada. Sehingga saya katakan jaringgan cukup luas, oleh karena itu terus menerus kita lakukan.
Perburuan Santoso mengharuskan ganti anggota?
Sudah berapa kali pergantian, baik TNI maupun Polri. Yang sudah lama kita ganti dengan yang baru, karena memang untuk bisa mengurangi kejenuhan-kejenuhan anggota. Sehingga kalau lama-lama tidak efektif.
Apa sih kesulitannya menangkap Santoso, ada pertimbangan khusus?
Ya tidak yang khusus seperti itu. Saya katakan masalah administrasi, cuaca, alat komunikasi, alat kelengkapan kita, alat deteksi kita itu juga yang belum bisa menjangkau mereka. Kita ada ada surveillance tapi sering kali tidak bisa berfungsi daerah-daerah black spot seperti itu.
Apa kesiapan Polri menghalau teroris dari Filipina?
Sudah berikan warning kepada presiden baru Filipina. Kita akan menindak tegas, menumpas kelompok radikal yang ada di sana. Termasuk ada di Filipina selatan di antara kelompok Abu Sayyaf. Tentu ini akan memberikan dampak kalau ada operasi di sana, larinya masyarakat mengungsi ke wilayah Indonesia.
Masuk wilayah Indonesia bisa melalui Kalimantan, Sulawesi. Saya sampaikan supaya memperketat pengamanan di pelabuhan-pelabuhan khusunya wilayah yang perbatsan dengan Filipina khususunya Kalimantan, Sulteng, Gorontalo, Manado.
Ancaman masih ada?
acaman masih ada kalau masalah terorisme, tapi kan kita selalu mendeteksi pergerakan terorisme. Sehingga apa yang kita lakukan kemarin penangkapan minggu yang lalu di Surabaya, itu bagian dari upaya kita untuk melakukan pengamannan menjelang bulan Ramadan termasuk hari H-nya.
Menjelang lebaran ada deteksi dini ancaman teroris?
Kita enggak bisa samapikan ke publik itu tugas kita untuk mendeteksi.
Bagaimana Anda melihat maraknya kasus kekerasan seksual terutama pada anak?
Sebetulnya kan kita bisa lihat, kasus-kasus ini bisa kita lihat sama seperti tahun lalu, bisa saja meningkat. Kalau enggak salah 2016 meningkat. Tapi kan sistem pemberitaan di media apa yang menjadi perhatian publik selalu secara masif diberitakan, kasus yang lama diungkap kembali dan itu ada di media elektronik yang di putar kembali, tapi tidak dijelaskan kapan itu terjadi enggak ada tanggalnya. Tapi memang 2016 ada peningkatan.
Kita sudah ada ketentuan masalah perempuan dan anaka-anak apakah itu sebagai korban atau pelaku ditangani oleh unit perlindungan dan anak. Tapi penerapan hukum kita harus tegas, tidak ada toleransi. Artinya apa, kalau kita bisa terapkan hukuman berat, kita masukan alternatif-alternatif hukuman, sehingga bisa dijadikan dasar oleh jaksa membuat dakwaan primer dan subsider sehingga berlapis, mana yang terberat untuk diterapkan.
Presiden telah mengeluarkan hukuman bagi pelaku kejahatan seksual yaitu hukum kebiri, IDI menolak, dokter polisi siap eksekusi?
Eksekutor kan jaksa, nanti jaksa lah yang mengatur secara resmi. Tentu ada PP yang mengatur teknis, bagaimana pelaksana kebiri itu. Dan itu memang ruang yang diberikan oleh regulasi kepada hakim untuk memberikan hukuman tambahan.
Tapi apakah hukuman tambahan itu dipakai atau tidak, diserahkan ke majelis hakim. Nanti siapa yang melakukan eksekusi, sesuai uu yang melakukan eksekutor adalah jaksa. Jaksa ini bagaimana teknisnya kalau misalnya IDI tidak mau, ya nanti pasti akan pembicaraan-pembicaraan.
Langkah Polri atasi masalah kekerasan seksual?
Kasus kekerasan seksual banyak faktornya, apalagi sekarang eranya sudah terbuka, akeses informasi terbuka. Setiap orang bisa mengakses, film, atau masalah pornografi. Sehingga bisa saja mempengaruhi, ditambah lagi masalah narkoba, masalah minuman keras.
Tentu ini juga harus kita berantas, suapaya tidak banyak pengaruh. Yang paling penting pengawasan dari orangtua, misalnya anaknya bebas bisa saja terjerumus masalah narkoba, masalah pornografi. Oleh karena itu, benteng pertama adalah keluarga, bagaimana pendampingan orangtua, terkait masalah kekerasan narkoba itu yang harus diawasi.
Orangtua harus bisa manage waktu anak-anaknya, kalau misalnya anak-anak pulang sekolah, kemudian istriharat lalu kasih kegiatan saja, istirahat lagi lalu kasih kegaiatan. Kalau tidak terawasi, sudah ada jadwalnya anak diatur tidak terus begitu, keluar sekolah terus bebas sebebebasnya. Atau tidak ada kegiatan ini yang perlu ada keterlibatan orangtua.
Sekarang lagi trend sosialisasi Turn Back Crime di Indonesia dengan cara yang beda, bagaimana menurut Anda?
Turn Back Crime (TBC) ini adalah selogan dari interpol, artinya supaya mengingatkan kita kalau kejahtan jangan sampai dan kita juga harus mencegahnya, kita harus juga berpartisipasi, mencegah kejahatan itu. Penegakan hukum harus bisa melakukan pemberantasan. Itu selogan dari interpol yang harus disosilisasikan seluruh masyarakat.
Supaya mengingatkan masyarakat peran serta apa di dalam pencegahan dan pemberantasan itu. Kita akui sosilisasi kita berhasil, itu bukan uniform polisi, bukan seragam polisi, tidak ada seragam polisi seperti itu.
Tetapi kalau masyarakat mau pakai silahkan, boleh saja. Cuma mengingatkan masing-masing, kita jangan sampai menjadi korban kejahatan jangan sampai menjadi pelaku kejahatan. Kejahatan perlu dicegah. Jadi enggak ada larangan dan boleh saja, tapi kalau mengaku-mengaku polisi yang enggak boleh. Masyarakat secara persepsi kalau kaos TBC itu seragamnya polisi, itu bukan seragam polisi, itu seragamnya interpol.
Nanti kalau di sidang interpol bulan November di Bali ada merchandise seperti itu. Orang umum boleh beli, apa jaketnya, pin, kaosnya apa topinya silahkan saja. Tidak ada larangan, kalau polisi melarang, itu salah dia. Dia enggak ngerti kalau itu harus di sosilisais masyarakat. Bahkan intepol sendiri mengakui keberhasilan Polri dalam mensosialisasikan TBC.
Artinya Kombes Krishna Murti berhasil ya?
Iya, berhasil.