RI Masuk 5 Besar Pengekspor Busana Muslim Terbesar Dunia

Koleksi Busana Monika Jufry di Fashion Show Busana Muslim Eksobatika
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Industri busana muslim (Muslim fashion) ternyata menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di bidang ekonomi kreatif selain bidang kuliner. Indonesia, bahkan merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerja Sama negara Islam (OKI) sebagai pengekspor busana Muslim terbesar selain Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan.

Desain dan kualitas produk busana Muslim Indonesia, juga diakui berdaya saing global, karena mengandung unsur budaya dari batik dan tenun.

“Namun, Indonesia saat ini juga masih menjadi negara dengan peringkat kelima pengonsumsi busana Muslim tingkat dunia, selain peringkat tiga besar lainnya yaitu; Turki, Uni Emirat Arab, dan Nigeria," kata Ketua Kelompok Kerja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Irfan Wahid dikutip dari siaran persnya, di Jakarta, Kamis 23 Juni 2016.

Meski begitu, ia menyatakan, persaingan industri busana Muslim dunia semakin ketat. Ia menyebutkan, saat ini, ada beberapa negara yang bersiap menguasai pasar busana Muslim dunia. Di antaranya, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Malaysia, Amerika Serikat, Italia, Thailand, Jepang, Italia, inggris, dan Prancis.

Diutarakannya, industri busana Muslim menyumbang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi Nasional. Presiden juga telah menyetujui inisiasi KEIN untuk melakukan pertemuan dengan berbagai lintas kementerian untuk mendiskusikan tentang industri kreatif, khususnya industri busana Muslim di Indonesia.

"Sebenarnya, kita juga punya bidang yang berpotensi besar, yaitu industri berbasis halal. Namun, sayangnya, potensi industri berbasis halal kita di dunia masih di urutan nomor 10, sedangkan di urutan nomor satu adalah negara tetangga, yaitu Malaysia," kata Irfan.

***

Perlu dibantu promosi

Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah mengatakan, terkait dengan rencana Indonesia menjadi kiblat busana muslim sedunia tahun depan, maka perlu adanya sarana promosi yang juga besar. Untuk sarana promosi yang diperlukan adalah database dan katalog industri yang lengkap, dan saat ini sarana tersebut masih kurang.

"Padahal, setiap kita melangkah tentunya harus memiliki angka atau data. Bagaimana kita akan percaya diri untuk menjadi kiblat busana Muslim kalau kita tidak tahu posisi Indonesia ada di mana, sudah berapa jauh, apakah memang benar kalau Indonesia tertinggal, padahal belum tentu juga kita benar-benar tertinggal," ujar Euis.

Menurut Euis, pihaknya juga bakal memberikan fasilitas bagi pelaku industri busana Muslim untuk ikut pameran busana baik di dalam negeri dan luar negeri. "Terakhir kemarin, kita sudah bantu fasilitasi mereka ke Turki, Maroko, dan Prancis," kata Euis.

Dalam kesempatan di akhir diskusi, semua peserta sepakat mengenai besarnya potensi Indonesia untuk menjadi kiblatnya industri busana muslim tingkat dunia.

"Ada potensi besar, itu kita semua sepakat. Apakah nanti perlu ada konferensi lanjutan untuk memetakan roadmap ini, itu yang akan dibicarakan lebih lanjut," ujar Irfan Wahid. (asp)