Indonesia Butuh SDM Inovatif Tingkatkan Daya Saing

Presiden Jokowi Berbincang dengan Pengurus Mathla'ul Anwar
Sumber :
  • AntaraBanten

VIVA.co.id – Ketua Majelis Amanah Mathla'ul Anwar KH Irsjad Djuwaeli mengatakan, Indonesia sangat membutuhkan sumber daya manusia yang inovatif untuk meningkatkan daya saing yang dilatih sejak berada dibangku SMA/ SMK.

"Khususnya, pendidikan di SMK, tidak bisa lagi berorientasi mencari pekerjaan setelah lulus. Namun, bagaimana dengan keahlian yang dimilikinya mampu menciptakan lapangan kerja," kata Irsjad, seperti dikutip dari keterangannya, Minggu 19 Juni 2016, mengenai hasil pertemuannya dengan Presiden RI Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Irsjad mengatakan, Presiden memberikan perhatian khusus kepada lulusan SMK, agar dapat membuka bengkel sendiri, mampu membuka sanggar seni, salon kecantikan, dan lain sebagainya. Untuk itu, pemerintah siap untuk memberikan dukungan berupa pengadaan peralatan praktikum.

Dia menambahkan, dalam pertemuan tersebut, Kris Suyanto selaku anggota Majelis Amanah Mathla'ul Anwar bidang pengembangan riset dan teknologi menyampakan presentasi kepada Presiden mengenai usulan pengembangan teknologi yang mampu melibatkan sumber daya manusia yang ada di daerah-daerah.

Irsjad mengatakan, Indonesia sudah memasuki masyarakat ekonomi ASEAN, sehingga sudah saatnya kemampuan sumber daya manusia di daerah-daerah terus ditingkatkan, agar mampu bersaing agar tidak lagi menjadi pasar negara lain.

Salah satu yang menjadi perhatian Presiden dalam pertemuan tersebut, kata dia, terkait dengan pemerataan dan percepatan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, khususnya kawasan perbatasan dan Papua, dengan menggunakan teknologi karya bangsa sendiri.

Mengenai usulan pengembangan teknologi inovasi karya anak negeri yang mampu meningkatkan daya saing bangsa di pasar global, Kris yang keseharian juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Katama, pemegang paten pondasi ramah gempa konstruksi sarang laba-laba temuan almarhum Sutjipto bersama Mathlaul Anwar dan para akademisi dari ITB, ITS, dan Undip, serta atas dukungan pemerintah, khususnya Kementerian Ristek Dikti, Kementerian PUPR, dan Kementerian Perhubungan menyatakan kesiapannya.

Salah satu inovasi berikut yang telah dikembangkannya bersama kalangan akademis dan Kementerian Ristek Dikti adalah teknologi Jalla (Jaring Laba-Laba). Melalui teknologi ini, bahkan telah melahirkan Dr. Helmy Darjanto, ahli sipil yang mengkhususkan diri dibidang teknologi tersebut.

Kris berharap, teknologi Jalla ini dapat menjadi solusi percepatan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, khususnya daerah perbatasan dan Papua yang selama ini menjadi program Presiden Joko Widodo dan Wakil Presien Jusuf Kalla.

Melalui infrastruktur yang kuat, kata dia, maka Indonesia akan mampu meningkatkan daya saing terutama dengan masuknya ke pasar global dan masyarakat ekonomi ASEAN.

Lebih jauh, ungkap Irsjad , Presiden sangat antusiasi dengan program yang diusulkan MA meliputi bidang pendidikan dan pembangunan infrastruktur. Pada kesempatan itu, MA juga menyampaikan 100 persen dukungannya terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla sampai selesai.

Kris juga mengungkapkan, untuk mewujudkan industrialisasi infrastruktur jalan beton pra cetak, pemerintah dapat memanfaatkan BUMN konstruksi yang saat ini sudah memiliki jaringan di seluruh wilayah Indonesia.

Melalui industrialisasi infrastruktur jalan beton pracetak sistem Jalla, maka sebanyak 90 persen kebutuhan konstruksi dapat dikerjakan di pabrik dan hanya 10 persen di lapangan. Saat ini, sudah dipetakan wilayah-wilayah di Tanah Air yang memenuhi syarat untuk dibangun pabrik beton pra cetak, yakni memiliki banyak bahan pendukung seperti semen, besi, pasir, dan lain sebagainya, serta tidak terlalu jauh dari lokasi jalan yang akan dikerjakan.

"Beton pra cetak ini menggunakan sistem rangkaian (knocdown), sehingga mudah untuk dibawa menuju lokasi-lokasi yang diinginkan, serta mudah dalam pekerjaannya," kata Kris.