Subsidi Solar Dicabut, Seberapa Besar Mengerek Inflasi?

SPBU di Paron, Kediri, kehabisan stok
Sumber :
  • ANTARA/Prasetia Fauzani

VIVA.co.id – Pemerintah berencana untuk mencabut sebagian subsidi bahan bakar minyak jenis solar dari yang sebelumnya Rp1.000 per liter menjadi Rp350 liter. Kebijakan ini pun sudah diusulkan dalam pengajuan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2016.

Semakin mengecilnya beban subsidi yang ditanggung pemerintah, tentu akan membuat harga solar di tingkat konsumen semakin tinggi. Implikasinya, bisa berdampak pada perubahan tarif angkutan umum, dan berpotensi mengerek laju inflasi.

Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik meyakini bahwa penyesuaian subsidi solar yang diusulkan dalam RAPBN-P 2016 tidak akan terlalu berdampak cukup signifikkan terhadap laju inflasi, meskipun kontribusi bahan bakar minyak cukup besar terhadap inflasi.

Menurutnya, hal ini akan tetap bergantung pada kebijakan para angkutan umum pasca kebijakan ini resmi berlaku. Apakah akan tetap mempertahankan tarif lama, atau justru menyesuaikan dengan perubahan subsidi yang diusulkan pemerintah.

“Kalau solar naik, angkutan umum naik atau tidak? Kalau (angkutan umum) naikkan tarif, baru berdampak (terhadap inflasi),” ujar Sasmito saat berbincang dengan VIVA.co.id, Selasa 14 Juni 2016.

Meski begitu, pemerintah diminta untuk lebih waspada dan cermat terhadap dampak yang bisa diberikan dari kenaikan tarif angkutan umum. Sebab menurut Sasmito, pergerakan laju inflasi akan tetap bergantung pada sebuah kebijakan.

Apalagi, tarif angkutan umum sendiri berkontribusi sebesar dua persen terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK). “Sekarang ini berbarengan dengan puasa, lebaran, dan tahun ajaran baru. Jadi leg-nya bisa hitungan minggu. Misalnya naik atau berlaku pertengahan bulan, jangan-jangan baru terasa bulan berikutnya,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui bahwa pemangkasan sebagian subsidi solar tidak akan terlalu mengerek laju inflasi. Apalagi, inflasi secara tahun kalender pada bulan lalu masih berada di dibawah empat persen.

“Tentu kalau subsidi (solar) dikurangi, mau tidak mau harganya pasti naik. Akan ada dampak terhadap inflasi tapi tidak besar. Masih (optimistis sesuai target empat persen),” tutur mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut.