Holding BUMN Energi Dorong Efisiensi Industri Gas

Ilustrasi infrastruktur gas
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA.co.id – Pembentukan induk usaha (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi dengan menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) ke dalam PT Pertamina, dinilai akan menciptakan efisiensi biaya. Sehingga, harga jual gas yang harus dibayarkan konsumen akan lebih murah.

"Berarti bisa sign satu kontrak untuk delivery jalur yang lebih panjang, dari yang tadinya harus sign 2-3 kontrak yang pasti lebih mahal. Dengan begitu harga gas di tujuan bisa lebih murah," ujar pengamat energi dari Universitas Indonesia Berly Martawardaya dalam keterangannya, Kamis 9 Juni 2016.

Seperti diketahui, Kementerian BUMN telah memutuskan menjadikan Pertamina sebagai induk usaha BUMN di sektor energi. PGN, yang 57 persen sahamnya dikuasai negara, akan menjadi salah satu anak usaha holding BUMN energi tersebut. 

Kementerian BUMN menargetkan pembentukan holding BUMN energi bisa dituntaskan pada tahun ini. Mekanisme penggabungan PGN ke Pertamina hingga saat ini masih dalam proses diskusi. 

Sambil peraturan pemerintah terkait penggabungan tersebut selesai, Pertamina yang ditunjuk sebagai induk usaha akan memastikan dari sisi operasional. Tim gabungan, yang terdiri dari perwakilan kedua perusahaan itu akan melakukan pemetaan lokasi pipa-pipa infrastruktur gas, baik transmisi maupun distribusi yang ada.

Ketua Alumni Akademi Minyak dan Gas, Ibrahim Hasyim mengatakan, penggabungan PGN ke Pertamina akan membuat utilisasi infrastruktur gas nasional akan lebih optimal. Kemampuan badan usaha untuk menambah infrastruktur pipa gas juga akan menjadi lebih besar.  

"Biaya investasi maupun operasi akan lebih efisien bagi kedua badan usaha," kata dia.

Menurut Ibrahim, harga gas yang harus dibayarkan masyarakat akan menjadi lebih murah, karena pemanfaatan bersama fasilitas akan meningkatkan volume aliran dan dengan itu toll fee bisa menurun. 

"Semakin besar volume yang mengalir akan semakin besar toll fee yang turun,"
 katanya. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesian Essential for Services Reform, Faby Tumiwa mengatakan, pembentukan holding BUMN energi berpotensi bisa bisa membantu untuk mengkoordinasi pembangunan pipa gas dan fasilitas storage, serta fasilitas pendukung lainnya.  

"Penggabungan ini membuat modal keduanya lebih kuat dan menghindari adanya persaingan," tambahnya.

Sebagai informasi, Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina Gas (Pertagas) pada tahun ini menargetkan menambahkan pipa transmisi open acces sepanjang 400 kilometer (km). Saat ini, perseroan memiliki jaringan pipa transmisi open access terpanjang di Indonesia, yaitu 2.200 km. Dengan sistem open access, semua jaringan pipa perseroan bisa digunakan oleh siapa pun.

Sementara itu, PGN hingga saat ini mengklaim telah membangun pipa gas sepanjang 825 km selama setahun terakhir. Pipa gas tersebut terdiri dari pipa transmisi open access dan pipa distribusi gas bumi. Jika pada akhir 2014 panjangnya sudah 6.161 km, total panjang pipa gas bumi yang dimiliki PGN saat ini mencapai 6.989 km. (asp)