8 Juni 1968: Pembunuh Martin Luther King Ditangkap

Martin Luther King
Sumber :
  • Wikimedia Commons / U.S. Library of Congress

VIVA.co.id – Hari ini, 48 tahun yang lalu, polisi menangkap James Earl Ray, di London. James merupakan pembunuh Martin Luther King, seorang Afro Amerika yang giat memperjuangkan hak-hak sipil.

Martin Luther King tewas akibat luka tembak yang terlalu parah. Saat kejadian, 4 April 1968, King sedang berada di balkon kamar tempatnya menginap di Motel Lorraine. Setelah King tertembak pada sore itu, polisi menemukan sebuah senapan Remington 30-06 disebuah area pejalan kaki disebuah rumah, yang berlokasi sekitar satu blok dari Motel Lorraine.

Setelah beberapa minggu penyelidikan, senapan tersebut, menurut keterangan saksi mata,dan sidik jari yang terdapat pada senapan tersebut mengimplikasikan pada satu pelaku tunggal, James Earl Ray.

Diceritakan History, Ray diketahui sebagai tahanan di penjara Missouri yang melarikan diri pada April 1967. Ia dihukum karena perampokan. Awal Mei 1968, pencarian besar-besaran pada Ray dimulai. FBI menemukan fakta, Ray berhasil melarikan diri ke Kanada dengan menggunakan paspor palsu.

8 Juni 1968, penyidik Skotlandia menangkap Ray di bandara London. Ray mencoba terbang ke Belgia. Belakangan, Ray mengakui ia akan menuju Rhodesia (kini Zimbabwe). Ia diekstradisi ke Amerika Serikat. Saat disidang di pengadilan Memphis, Maret 1969, untuk menghindari hukuman mati, Ray mengaku bersalah membunuh King. Ia dijatuhi vonis penjara selama 99 tahun.

Namun tiga hari kemudian, ia menarik pengakuan bersalah. Ia mengklaim tidak bersalah dalam pembunuhan tersebut, dan ia adalah korban dari konspirasi yang lebih besar. Ia berkata, pada tahun 1967, seorang pria misterius bernama "Raoul," mendekatinya dan merekrutnya untuk bekerja di pabrik senjata. Setelah melakukan pembunuhan ia sadar bahwa ia adalah satu-satunya tersangka. Itu sebabnya ia melarikan diri ke Kanada. Namun pernyataan Ray ditolak.

Tahun 1990 babak baru kasus Ray dimulai. Istri dan anak-anak King berbicara pada publik dan mendukung Ray dan klaim yang ia sampaikan. Menurut keluarga King, Ray tidak bersalah dan spekulasi soal pembunuh King adalah konspirasi pembunuhan yang dilakukan oleh pemerintah AS dan militer. Direktur FBI J. Edgar Hoover diduga terlibat karena ia melihat King berada di bawah pengaruh komunis.

Enam tahun terakhir, King terus disadap oleh FBI dan kerap dihina. Sebelum kematiannya, King juga dipantau oleh militer AS karena ia secara terbuka mengecam Perang Vietnam 1967. Selain itu, seruan King untuk melakukan reformasi ekonomi secara radikal sehingga seluruh rakyat terjamin membuat ia dianggap berbahaya dalam era Perang Dingin AS.

Pengadilan yang dilakukan bertahun-tahun kemudian tak memberi hasil yang signifikan. Ray tetap dianggap bersalah dan menjadi pelaku tunggal sebagai pembunuh King. Pengadilan memberikan sejumlah bukti, Ray membenci King. Menurut keluarga dan teman-temannya, Ray adalah seorang rasis yang berulang kali menyampaikan keinginannya untuk membunuh King. Ray meninggal tahun 1998.