Rupiah Rabu ini Kembali Keok Dihajar Dolar AS
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Pejabat bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) memberikan sinyal akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya pada Juni 2016 mendatang. Ini yang membuat nilai tukar rupiah kembali keok atas dolar AS.
Berdasaran kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Rabu, 25 Mei 2016, rupiah kembali terperosok ke level Rp13.671 per dolar AS, turun Rp65 dari posisi kemarin, yang berada di level Rp13.606 per dolar AS.
Pelemahan ini diakui oleh Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, usai menghadiri penandatangan kerja sama dengan delapan korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan tiga perbankan pelat merah dalam mendukung fasilitas penggunaan transaksi lindung nilai (hedging).
“Statement kuat dari The Fed yang cenderung hawkish itu memang berdampak pada stabilitas sistem keuangan di dunia, termasuk Indonesia,” kata Agus, saat ditemui di kantornya.
Bank sentral, ditegaskan Agus, masih meyakini bahwa kondisi rupiah yang cenderung mengalami pelemahan hanya bersifat sementara. Meskipun memang selain sentimen The Fed, ada sejumlah faktor eksternal lain, yang pada akhirnya memberikan pengaruh bagi perekonomian dunia.
“Misalnya seperti harga minyak, karena beberapa waktu lalu ada pertemuan antara negara-negara penghasil minyak. Iran sudah mengambil posisi tidak ingin mengurangi jumlah produksinya,” katanya.
Terlepas dari hal itu, mantan Menteri Keuangan tersebut menegaskan, bahwa bank sentral akan tetap menjaga nilai tukar rupiah pada level fundamental yang sebenarnya.
Global tetap jadi hantu
Senada dengan bank sentral, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia, Asmawi Syam, mengakui bahwa ketidakpastian ekonomi global yang masih terjadi sampai saat ini, memang memberikan sedikit guncangan terhadap stabilisasi nilai tukar.
“Sementara ekonomi kita itu tidak terlepas dari perekonomian global,” ungkap Asmawi.
Menurut dia, perekonomian nasional secara fundamental pada tahun ini sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Misalnya, dari upaya pemerintah untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur sebagai salah satu penopang laju pertumbuhan ekonomi nasional.
“Jadi (pelemahan rupiah), tidak ada isu kalau dari dalam negeri. Rupiah ini lebih karena faktor global,” tegas dia.
(ren)