Teknologi Digital untuk Atasi Harga Minyak Rendah
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – President Director GE Oil and Gas Indonesia, Iwan Chandra mengatakan, GE sebagai perusahaan industrial digital dunia menjawab permasalahan atas harga minyak dan gas (migas) yang berada pada titik terendah selama 20 tahun terakhir.
"Perusahaan-perusahaan migas perlu segera mengatasi downtime dan biaya operasional, serta efisiensi operasional, sekaligus keandalan perangkat dalam menghadapi iklim usaha yang tidak menentu saat ini. Menghadapi tantangan ini, tentunya membutuhkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi," kata Iwan di Sentral Senayan II, Jakarta, Selasa 24 Mei 2016.
Ia menilai, dengan kebutuhan energi yang terus meningkat pesat, digitalisasi ekosistem energi dari hulu ke hilir akan menjadi sangat penting dalam membantu memenuhi kebutuhan energi tersebut.
"Penggunaan teknologi digital berperan untuk mengurangi, atau meniadakan biaya-biaya yang tidak diperlukan. Efisiensi produksi juga dapat ditingkatkan melalui solusi digital," kata Iwan.
Ia menjelaskan, biasanya untuk menahan laju penurunan sebanyak 15 persen saja per tahun dilakukan dengan menambah sumur baru. Sehingga, produksi bisa bertahan. Tapi saat ini, dia ingin meningkatkan efisiensi dari sumur yang ada.
"Sumur tadinya mengalir sendiri. Disuntik lalu menyembur. Tetapi, sekarang sudah habis. Kita bisa bantu dengan pompa listrik. Pompa angguk produksinya kecil. Tapi pompa angguk digerakkan listrik jadi bakar oil dengan oil. Kalau dihasilkan lebih dikit ngapain," kata Iwan.
***
Ia melanjutkan, solusi atas ketidakefektifan ini, GE memberi solusi dengan pompa otomatis. Jadi, pompa menyedot minyak dalam keadaan diam dan menunggu. Menurutnya, dengan cara ini bisa mengefisiensi hingga tiga kali lipat.
"Jadi, untuk satu lapangan kita naikkan efisiensi. Itu hanya mungkin dengan teknologi digital. Kalau dinaikkan analitical capabilities, jadi semua otomatis," kata Iwan.
Menurutnya, pompa otomatis ini berguna menaikkan produksi dari sumur yang sudah ada. Sehingga, bukan hanya mengebor sumur, tetapi menaikkan produksi ribuan sumur yang ada.
"Saat ini, teknologi di Indonesia belum. Tetapi, aplikasi pertama di Sumatera Selatan. Tapi belum kita, lagi rencanakan. Kita pakai teknologi tinggi, tetapi aplikasi di sumur yang sudah lama," kata Iwan.
Ia menambahkan, selama ini biasanya teknologi tinggi dianggap mahal dan dipakai di project yang besar. Tetapi, ia memastikan teknologi digital ini bisa dipakai mulai dari ratusan juta proyek ke puluhan ribu proyek. (asp)