Penggabungan BUMN Energi Bisa Picu Gas Lebih Murah
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Penggabungan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) ke dalam PT Pertamina, dinilai akan mendorong sektor industri makin berkembang. Karena, pasokan gas untuk industri dapat lebih mudah dan murah.
Saat ini, pemerintah memiliki 56,96 persen saham di PGN. Melalui peleburan dua BUMN energi itu, Pertamina akan menjadi induk usaha (holding).
Pengamat energi Berly Martawardaya, mengatakan, penggabungan PGN ke Pertamina akan membuat sinergi pengembangan infrastruktur gas lebih kuat, dan secara otomatis akan memangkas biaya-biaya di jaringan pipa gas di berbagai provinsi.
"Jadi, distribusi gas bisa lebih mudah dan harga yang lebih murah, sehingga mendorong industrialisasi," ujar Berly dalam keterangannya yang diterima VIVA.co.id, Rabu 18 Mei 2016.
Menurut Berly, mekanisme penggabungan PGN menjadi anak usaha Pertamina sudah benar. Selain karena Pertamina 100 persen dikuasai negara, cakupan bisnis dan aset perusahaan BUMN menjadi lebih besar.
"PGN jadi anak perusahaan Pertamina. Anak perusahaan boleh sahamnya sebagian dimiliki pihak lain," kata dia.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, mengatakan, pihaknya memastikan pembentukan holding BUMN energi akan memberikan efek positif bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait, termasuk masyarakat juga harus diuntungkan.
"Infrastruktur gas akan lebih terintegrasi, baik pipa transmisi atau distribusi, dan efisiensi terjadi sehingga harga gas akan turun," tuturnya.
Sebagai informasi, hingga akhir 2015, Pertamina memiliki total aset US$45,5 miliar. Investasi pembangunan pipa transmisi gas terus ditingkatkan secara signifikan.
Di hulu, perseroan mengoperasikan sejumlah ladang gas dengan produksi rata-rata sekitar 1.900 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Bahkan, pada 2018, akan menjadi operator sekaligus pemegang hak partisipasi terbesar di blok gas terbesar di Indonesia, Blok Mahakam di Kalimantan Timur.
Kemudian, Pertamina bersama mitra dari dalam dan luar negeri juga mengoperasikan Donggi Senoro LNG Plant (DSLNG) yang memproduksi LNG. DSLNG tercatat mendapat pasokan gas alam dari Pertamina EP area Matindok, JoB PHE-Medco Tomori Sulawesi. Melalui PT Badak NGL, Pertamina juga mengoperasikan LNG Plant yang memproduksi LNG dan ekses elpiji di Bontang, Kalimantan Timur.
Sementara itu, untuk midstream, Pertamina memiliki dan mengoperasikan kilang penerima LNG melalui anak usahanya, PT Nusantara Regas, perusahaan hasil sinergi Pertamina dan PGN saat ini. Pertamina juga telah mengoperasikan fasilitas terminal penerima, hub, dan regasifikasi LNG di Arun melalui afiliasi PT Perta Arun Gas.