24 Ton Ikan Beku Muroaji Mulai Diekspor
- ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
VIVA.co.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkerja sama dengan Perum Perikanan Indonesia (Perindo) melakukan ekspor ikan perdana dari Tahuna. Ini salah satu pulau terluar Indonesia.
Sebanyak 24 ton produk muroaji beku, yang merupakan ikan jenis malalugis, diberangkatkan dari Pelabuhan Dagho dengan tujuan Jepang. Ekspor perdana ini ditandai dengan penyerahan sertifikat kesehatan ikan (health certificate), sebagai syarat wajib dari produk perikanan yang akan diekspor.
"Untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor ke depan, saya memberikan penugasan kepada Perindo. Saya juga mengharapkan agar seluruh nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sitaro dan Talaud harus mendaratkan seluruh ikan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan Indonesia, dan tidak melakukan penjualan di tengah laut,” tutur Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, saat kunjungan kerja ke Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, seperti dikutip dari siaran persnya, Jumat 13 Mei 2016.
Selain melalui jalur laut, seterusnya ekspor langsung ke negara tujuan juga dilakukan melalui jalur udara dari Bandar Udara Naha di Tahuna. Dalam kunjungannya, Menteri Susi juga meresmikan dermaga dan revitaliasi pelabuhan dalam rangka Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT), yang dipusatkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dagho.
Tahuna yang berada di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara ini menjadi satu dari 15 pulau terluar dan kawasan perbatasan yang diprioritaskan pembangunannya sebagai sentra kelautan dan perikanan terpadu pada tahun 2016, serta menjadi salah satu gateway untuk ekspor produk perikanan di kawasan timur Indonesia.
Menteri Susi mengungkapkan, PSKPT Dagho memiliki potensi investasi yang luar biasa untuk dikembangkan, namun ironisnya pemanfaatan nya masih sangat minim. Potensi investasi sektor perikanan yang dimanfaatkan relatif masih kecil, hanya 27.200 Ton per tahun atau nilai pemanfaatannya baru 30,8 persen.
Jumlah itu dipasok masyarakat nelayan sebanyak 10.485 Ton dengan 9.669 kapal < 5 GT dan sisanya dari investor dengan kapal 15 GT yang hanya berjumlah empat unit saja. Padahal Kepulauan Sangihe menyimpan potensi yang besar sebagai penghasil komoditas ekspor unggulan seperti cakalang dan tuna. Minimnya nilai pemanfaatan karena terkendala sarana dan prasarana yang tidak memadai.
Selain Tahuna, lokasi terpilih lainnya yang akan diprioritaskan pembangunannya tahun ini di antaranya Pulau Simeulue, Natuna, Mentawai, Nunukan, Morotai, Biak Numfor, Talaud, Rote Ndao, Moa, Saumlaki, Tual, Sarmi, Timika, dan Merauke.
Dalam pengelolaan serta pengembangan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan Indonesia, KKP menyediakan anggaran sekitar Rp305 miliar melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pembangunan di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan memprioritaskan penanaman investasi di 15 lokasi tersebut.
Perlu disampaikan bahwa dalam upaya mendorong pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, tahun 2015 dan 2016 KKP mengalokasikan bantuan kepada pemerintah daerah dan masyarakat senilai total Rp57,6 miliar.
(ren)