Mengenal Konverter Kit, Terobosan Maju untuk Nelayan
- ANTARA FOTO/Andika Wahyu
VIVA.co.id – Para nelayan, khususnya di Kalimantan Barat, kini bisa lebih mudah dalam menjalankan aktivitasnya mencari nafkah untuk penghidupan mereka. Sebab, mereka menggunakan suatu teknologi baru bernama Konverter Kit.
Alat itu ditemukan oleh Amin Bengas, warga yang juga nelayan di Kubu Raya, Kalbar. Bersama para nelayan itu, Amin melakukan uji coba hingga melahirkan generasi kesembilan. Amin menuturkan, alat tersebut berfungsi sebagai perantara. Ia bisa menyalurkan gas menjadi bahan bakar untuk menggerakkan mesin kapal atau perahu bahkan lainnya.
"Mulai dari tabung LPG 3 kg, keluar regulator, yang low pressure, masuk selang. Dari selang gas masuk Konverter Kit," kata Amin, Kamis, 12 Mei 2016.
Amin melanjutkan, pada Konverter Kit itu terdapat pengaman berbentuk keran. Kegunaannya, untuk menutup dan membuka gas yang akan masuk menuju ke ruang bahan bakar.
"Sistem kerjanya Konverter Kit, berapa yang dibutuhkan mesin, itulah yang disuplai bahan bakarnya. Mesin itu kan menghisap (gas)," ujarnya.
Amin mengatakan, alat itu bersifat universal. Bisa digunakan untuk mesin besar maupun kecil. "Merek apa saja bisa semua. Tujuan kita memudahkan nelayan, bukan dagang," katanya.
Sejauh ini, Amin memang tidak menjual teknologi temuannya itu ke nelayan. Demi memberikannya secara cuma-cuma, dia pun rela menjual ruko dan dua mobilnya. Selain itu, bantuan diberikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Provinsi Kalbar.
"Kalau saya dagang buat (alat) yang susah, biar kalau ada apa-apa orang datang," kata Amin.
Sejarah penemuan
Amin mengemukakan bahwa Konverter Kit itu ditemukan mulai 2010. Waktu itu, ia melihat nelayan mengeluhkan masalah mahal dan langkanya bahan bakar. "Jadi kami bikin alternatif, ada dua," katanya.
Amin menjelaskan bahwa Konverter Kit bisa dipakai dengan gas. Jika tidak, nelayan bisa kembali memakai bensin. "Jadi di dalam satu mesin bisa menggunakan dua bahan bakar. Yang kami khususnya nelayan-nelayan kecil," ujarnya.
Ia menceritakan, awalnya para nelayan takut saat dikenalkan pertama kali. Setelah sosialisasi, akhirnya mereka yakin dan tertarik.
"Mereka lama-lama familiar sekali dengan gas. Perahu-perahu sudah enggak pakai bensin lagi, tangki bensin dihilangkan. Mereka sudah merasakan manfaat tabung gas 3 kg itu, kalau dengan minyak 8-10 liter," ungkapnya.
Meski demikian, Amin tidak menjual alat itu ke nelayan. Karena, menurutnya, ini yang menemukan adalah mereka.
"Kami uji coba, mereka yang pakai sampai generasi 1-9. Kelebihan kekurangan mereka yang paling tahu," tuturnya.
Menurut dia, mereka adalah bagian dari teknologi tersebut. Oleh karena itu, tak ada alasan untuk menjual ke mereka.
"Nah, ini dari nelayan, oleh nelayan dan untuk nelayan. Kami enggak boleh dagang ke mereka. Dari sini lah perlu pemerintah hadir. Bagaimana, nelayan ini kan miskin. Pemerintah wajib hadir di sini," tuturnya.
Amin menuturkan, pemerintah pusat baru tahun-tahun ini merespons. Masalahnya, kini adalah tarik menarik antara produk impor dan lokal tersebut.
"Sekarang kembali ke pemerintah, keberpihakannya kepada industri dalam negeri yang memang dibutuhkan dalam negeri juga (atau impor)" katanya.
Amin bersama para petani sudah berbuat atau berusaha. Segala aturan mereka ikuti. Oleh karenanya, ia menyerahkan pada pemerintah untuk memberikan kebijakannya.
"Perlu paten kami ikutin, perlu SNI kami ikutin. Hasil uji coba, kami sudah ada. Barang sudah ada, pabrik sudah ada," tuturnya.