Bakrie Sumatera Plantations Bukukan Penjualan Rp334 Miliar
VIVA.co.id – PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berhasil membukukan nilai penjualan sebesar Rp334 miliar sepanjang kuartal pertama tahun ini, atau per 31 Maret 2016. Penjualan ini ditopang dari komoditas sawit, dengan nilai penjualan Rp245 miliar dan komoditas karet Rp89 miliar.
Direktur Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto mengatakan, perseroan terus bekerja keras melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, di tengah masih lemahnya harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet dunia di kuartal I-2016.
Menurutnya, perseroan dihadapi tantangan di antaranya, diskon harga domestik CPO akibat kebijakan pungutan CPO Fund US$50 per ton untuk mendukung program biodiesel, dan El-Nino, yaitu kondisi cuaca ekstrem udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan.
“Kami bekerja keras dengan sebaik-baiknya mengatasi kondisi air di kebun, akibat kondisi cuaca ekstrem El-Nino tahun lalu, untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet," ujarnya lewat keterangan resmi kepada VIVA.co.id, Senin 9 Mei 2016.
Andi mengakui, kuartal pertama di semester pertama umumnya memang siklus produksi rendah. Biasanya mulai meningkat pada kuartal kedua dan mencapai puncaknya di kuartal terakhir setiap tahun.
Menurut Andi, harga komoditas sawit utama, yaitu CPO masih berada di level bulanan rendah US$530 per ton FOB Malaysia di Januari, yang membaik ke level US$630 di Maret 2016. Sedangkan data pasar mencatat tren penurunan harga CPO dari level tertinggi US$1.240 di Februari 2011, hingga ke level terendah US$480 di Agustus 2015.
Andi menyebut, kondisi El-Nino di 2015, dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia untuk tahun ini, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO yang mulai terlihat di akhir kuartal I-2016.
Di sisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund US$50 per ton untuk mendukung program biodiesel domestik, menyebabkan diskon harga domestik CPO yang diterima perseroan dan petani dari menjual CPO dan Fresh Fruit Bunch (FFB) di pasar lokal. Bea keluar CPO yang kembali dipungut pemerintah mulai Mei ini, berpotensi menyebabkan berkurangnya pendapatan penjualan produk sawit perseroan dan petani di pasar lokal.
Di samping itu, kata Andi, melalui unit usaha kerja sama patungan PT ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia (“ASD-BSP”), perseroan juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.
Saat ini, dengan luas pertanaman sawit nasional kurang lebih 10 juta hektare, total produksi hanya sekitar 30 juta ton CPO per tahun. Dengan bibit unggul, maka potensi produktivitas bisa meningkat menjadi 80 juta ton CPO per tahun setelah program replanting.
Produktivitas bibit unggul ASD-BSP bisa menghasilkan 35 ton buah sawit per ha dan ekstraksi CPO-nya 23 persen, atau sekitar delapan ton CPO per ha per tahun, sesuai hasil lapangan bibit unggul ASD-BSP yang sudah disertifikasi. Dengan bibit unggul, luas lahan kebun tidak perlu bertambah menghasilkan produksi CPO berlipat ganda meningkatkan lagi produksi biodiesel untuk ketahanan energi nasional.
Sedangkan Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin menambahkan, strategi peningkatan produktivitas berkelanjutan yang sedang dilakukan akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang. (asp)