Mengenal Robot Kecoak Penolong Saat Bencana
- www.techtimes.com/Biomimetic Millisystems Lab/University of California Berkeley
VIVA.co.id – Peneliti Laboratorium Biomimetic Millisystems, University of California Berkeley, Amerika Serikat, telah selesai membuat purwarupa penolong manusia ketika bencana. Robot kecoak ini telah diberi nama, Velocity Robotic Autonomos Crawling Hexapod (VelociRoACH).
Peneliti utama, Carlos Casarez mengatakan, VelociRoACH yang dibuat untuk membantu operasi penyelamatan ketika bencana ini bisa menyelipkan ‘tubuhnya’ pada bangunan yang runtuh. Juga dilengkapi kamera, mikrofon, dan sensor untuk mendeteksi korban bencana. Sementara itu, kaki yang fleksibel itu memungkinkan untuk memanjat reruntuhan.
“Penyebaran robot kecoak ini di daerah bencana akan memberikan informasi berharga bagi penyelamat, seperti titik masuk yang akan mempercepat upaya penyelamatan,” ujar Casarez dikutip Tech Times, Senin 9 Mei 2016.
Casarez mengatakan, pembuatan VelociRoACHes ini terinspirasi dari ‘tentara semut’ yang membuat struktur, atau pondasi jika menghendaki sesuatu. Maka, peneliti pun menyisipkan sistem tether magnet kecil, agar sesama robot kecoak itu bisa saling membantu ketika jangkauan reruntuhan terlalu tinggi.
Casarez menjelaskan, sistem tether magnet kecil ini berfungsi ketika dua VelociRoACHes mengoordinasikan aktivitas mereka. Dengan sistem tersebut, mereka akan menjadi robot modular yang memiliki kemampuan untuk memperpanjang tubuh dan memaksimalkan penggunaan kaki mereka.
Kemudian, salah satu robot dapat berfungsi sebagai jangkar dan robot lainnya menggunakan sistem itu untuk membantu menarik robot tersebut.
Tetapi, kata Casarez, tingkat keberhasilan sistem tersebut masih 10 persen. Maka, peneliti akan menyertakan sistem umpan balik, sehingga meningkatkan perilaku kerja sama VelociRoACHes untuk saling membantu ketika mendaki.
Rencananya, para peneliti akan mempresentasikan karya mereka di Konferensi Internasional tentang Robotika dan Otomasi 2016 di Swedia.
Sebelumnya dikabarkan, robot kecoak itu memiliki ukuran tubuh 20 kali lebih dari kecoak yang sesungguhnya. Pembuatannya pun tak menghabiskan biaya besar, hanya sekitar US$100, atau Rp1,3 juta. (asp)