Rupiah Diprediksi Melemah
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini diprediksi kemungkinan kecil terjadi. Mengingat ada beberapa sentimen negatif yang akan menghambat potensi perkasanya rupiah.
"Waspadai potensi pelemahan lanjutan jika tidak ada sentimen positif usai libur panjang," kata Analis NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, Senin, 9 Mei 2016.
Reza mengatakan, laju rupiah yang awalnya mendapat sentimen positif dari kembali melemahnya dolar AS pasca merespons kurang baiknya data-data makro, tak begitu dirasakan. Ini usai kabar dari salah satu petinggi bank sentral AS, The Fed, yang mengatakan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed pada Juni 2016 nanti besar terjadi.
Di sisi lain, lanjut Reza, pelemahan angka pertumbuhan ekonomi dalam negeri turut memberi kontribusi melemahkan rupiah.
Sebagai informasi, setelah terakselerasi pada kuartal IV tahun lalu yang sebesar 5,04 persen (year on year), laju PDB kuartal pertama tahun ini kembali melambat di level 4,9 persen (YoY).
"Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan pertumbuhan tersebut lebih rendah dari capaian kuartal terakhir tahun lalu. Namun, jika dibandingkan kuartal pertama (2015) yang tercatat tumbuh 4,73 persen, terjadi kenaikan tipis," tuturnya.
Reza menyatakan, rupiah di awal pekan ini, usai libur panjang akan berada di level batas bawah Rp13.254 serta target batas atas di level Rp13.238 per dolar AS. "Tetap cermati sentimen yang ada terhadap laju rupiah," kata dia.
Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah ditutup Rp13.324 per dolar AS di akhir perdagangan pekan lalu. Melemah dari hari sebelumnya yang dibanderol Rp13.162 per dolar AS.