Ekonomi China dan Eropa Melemah, Wall Street Tertekan

Bursa Wall Street Amerika Serikat
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Bursa saham Wall Street Amerika Serikat (AS) jatuh pada perdagangan Selasa atau Rabu WIB, akibat pelemahan ekonomi di China dan Eropa, sehingga menimbulkan kekhawatiran pasar. 

Selain itu, penurunan harga minyak di hari kedua ikut menyeret pelemahan di sektor-sektor energi.

Dilansir dari laman Reuters, Rabu 4 Mei 2016, indeks saham Dow Jones Industrial Average ditutup turun 140,25 poin atau 0,78 persen ke level 17.750,91, S&P 500 kehilangan 18,06 poin, atau 0,87 persen menjadi 2.063,37, dan Nasdaq Composite turun 54,37 poin atau 1,13 persen ke posisi 4.763,22.

Aktivitas di pabrik-pabrik China menurun pada April, karena permintaan stagnan. Sebuah survei swasta menunjukkan output manufaktur Inggris juga tiba-tiba menyusut bulan lalu ke level terendah dalam tiga tahun.

Harga minyak AS CLc1 ditutup turun 2,5 persen, karena meningkatnya output produsen minyak di Timur Tengah. Indeks The S&P sektor energi, SPNY, turun 2,2 persen, memimpin penurunan di saham sektor tersebut. 

"Reli yang bagus kemarin, tapi kali ini pasar terjebak dan tertekan, sehingga menggerus semua keuntungan perdagangan yang meraih hasil positif," kata Mark Luschini, kepala strategi investasi Janney Montgomery Scott di Philadelphia.

Saham produsen mobil AS sebagian besar melemah. Saham Ford (F.N) turun 1,4 persen menjadi US$13,43.

Melawan tren, saham  Apple (AAPL.O) naik 1,6 persen menjadi US$95,18. Selain Apple, beberapa saham perusahaan perawatan kesehatan bersinar terang, seperti saham Pfizer (PFE.N) naik 2,7 persen menjadi US$33,70, setelah melaporkan kenaikan pendapatan kuartalan dan menaikkan perkiraan untuk tahun ini.

Saham produsen obat Mallinckrodt Plc (MNK.N) naik 6,8 persen ke level US$64,84, sedangkan Mylan (MYL.O) menguat 2,3 persen menjadi US$43,69.

Sekitar 7,8 miliar saham diperjualbelikan di bursa AS, dibandingkan dengan 7,1 miliar rata-rata harian selama 20 hari perdagangan terakhir, menurut data Thomson Reuters.