Oso Apresiasi Sekolah Kepemimpinan Politik Bangsa
VIVA.co.id – Wakil Ketua MPR Oesman Sapta mengapreasiasi sekolah kepemimpinan politik bangsa yang menjadi program Akbar Tandjung Institut dalam membangun sistem pengkaderan pemimpin bangsa.
"Sekolah Kepemimpinan Politik Bangsa ini pantas dihargai. Sekolah ini menjadi ikon dalam membangun sistem pengkaderan pemimpin bangsa," kata Oesman Sapta ketika menyampaikan sambutan pada launching "Sekolah Kepemimpinan Politik Bangsa" di Akbar Tandjung Institute, Jakarta, Selasa 3 Mei 2016.
Hadir dalam peluncuran tersebut antara lain Akbar Tandjung, Mahfud MD, Ahmad Basarah, dan perwakilan partai politik dan pemimpin organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan.
Menurut Oesman Sapta, Akbar Tandjung seharusnya istirahat tapi tergelitik melihat kondisi kepemimpinan bangsa. Karena itu, Akbar Tandjung menginginkan pemimpin yang betul-batul tepat dan mumpuni.
"Karena itu dia mebangun sekolah kepemimpinan politik bangsa, khususnya bagi mereka yang ingin terjun ke politik," ujarnya. Oesman berharap sekolah ini bisa melahirkan "Akbar Tandjung, Akbar Tandjung selanjutnya.
Oesman mengenang ketika rumahnya dijadikan tempat pertemuan kelompok Cipayung pada masa lalu. Suasana sangat akrab dan menyatu meski berbeda aliran. "Inilah rasa kebangsaan yang sekarang mulai luntur. Hanya tersisa 34 persen yang memilki rasa kebangsaan. Kita suka diadu, kita suka memaki pemimpin kita," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Oesman menitipkan 5S untuk keberhasilan sekolah kepemimpinan politik bangsa ini, yaitu strategi, struktur, skill, sistem, speed and target.
Sementara itu Akbar Tandjung menjelaskan sekolah kepemimpinan politik bangsa ini menjadi tempat pembelajaran politik, kepemimpinan politik, isu-isu politik lainnya. "Ini merupakan sumbangsih Akbar Tandjung Institute untuk pendidikan khususnya pendidikan politik dan demokrasi," katanya.
Angkatan I diikuti para pemimpin mahasiswa tingkat pusat dari organisasi yang tergabung dalam Kelompok Cipayung (HMI, GMNI, PMII, GMKI), dan Cipayung plus (organisasi mahasiswa hindhu, budha, IMM). Mereka berjumlah 23 orang. Materi pembelajaran 12 topik seperti etika politik, sistem kepartaian, politik lokal, ekonomi politik, Pancasila dan wawasan kebangsaan. (webtorial)