Nyamuk Aedes Aegypti Berbakteri Bisa Tekan Demam Berdarah
- REUTERS/Carlos Jasso
VIVA.co.id – Penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) terbukti mampu menekan berkembangnya nyamuk yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Program tersebut mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir saat mengunjungi daerah Kronggahan 2, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, lokasi tempat uji coba nyamuk Aedes aegypti dengan wolbachia.
"Riset tersebut sudah diaplikasikan di beberapa lokasi di DIY dan memberikan hasil yang signifikan. Oleh karena itu akan diupayakan agar program ini juga diterapkan di daerah lain di luar DIY," kata Nasir, Selasa 26 April 2016.
Nasir mengaku sudah meninjau langsung laboratorium pengembangbiakan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia di kampus UGM. Penelitian yang sudah dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir ini, menurut dia, sudah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dalam upaya pemberantasan DBD.
“Riset ini sudah berjalan lama dan menuai hasilnya. Hasilnya bermanfaat bagi masyarakat. Nanti saya minta UGM memproduksi nyamuk yang bermanfaat untuk pembasmian demam berdarah,” ujarnya.
Kepada warga Kronggahan, Nasir menyampaikan apresiasi karena selama ini sudah bersedia membantu program pelepasan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia yang disebar di setiap rumah.
“Saya sangat berterima kasih, masyarakat di sini sudah menerima teknologi baru cara membasmi nyamuk penyebab demam berdarah,” ujarnya.
Seperti diketahui, bakteri wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti menyebabkan virus Dengue tidak dapat berkembang dalam tubuh nyamuk. Dengan demikian, nyamuk tidak dapat menularkan penyakit DBD.
Namun, apabila nyamuk Aedes aegypti dengan wolbachia kawin dengan nyamuk jantan lain non-wolbachia, maka akan menghasilkan keturunan nyamuk dengan wolbachia. Sebaliknya, apabila nyamuk Aedes aegypti jantan dengan wolbachia kawin dengan nyamuk betina non-wolbachia, maka telurnya tidak akan bisa menetas.
Kepala Desa Trihanggo, Herman Budi Pramono, mengatakan, sebelum adanya program Eliminate Dengue Project (EDP) yang dilaksanakan peneliti UGM, banyak muncul kasus DBD. Tidak heran, saat adanya sosialisasi pelepasan nyamuk Aedes aegypti di desa tersebut, sempat mendapatkan penolakan dari sebagian masyarakat.
“Sempat muncul pro dan kontra, karena pemahaman setiap orang berbeda. Orang memberantas DBD kok melepas nyamuk. Kami lakukan sosialisasi berkali-kali. Ada yang menerima dan ada yang tidak, hingga sekarang pro dan kontra sudah tidak ada lagi,” ungkapnya.