BNI Salurkan Kredit Rp326,7 Triliun Selama Tiga Bulan

Ilustrasi kredit
Sumber :
  • duitpintar.com

VIVA.co.id - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sepanjang kuartal I-2016, telah menyalurkan kredit sebesar Rp326,74 triliun. Angka tersebut, meningkat 21,2 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp269,51 triliun.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengakui, tiga bulan pertama tahun ini terbilang periode yang cukup berat untuk menyalurkan kredit, mengingat tekanan terhadap beberapa sektor-sektor ekonomi yang menjadi segmen andalan emiten berkode saham BBNI ini.

"Seperti sektor perdagangan yang tertekan oleh menurunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor. Meskipun demikian, pertumbuhan kredit BNI mengindikasikan kinerja yang tetap stabil," kata dia di Gedung BNI, Jakarta, Selasa 12 April 2016.

Dia menjelaskan, ada beberapa sektor yang saat ini menjadi tumpuan pertumbuhan kredit, di antaranya sektor business banking maupun sektor consumer business. Kedua sektor tersebut, merupakan alokasi penyaluran kredit terbesar atau 71,7 persen dari total kredit.

"Kredit ke sektor business banking meningkat 22,7 persen dari Rp190,95 triliun menjadi Rp234,22 triliun. Salah satu sektor yang menjadi penopang naiknya kredit di sektor business banking adalah kredit ke sektor konstruksi yang tumbuh 127,5 persen dari Rp2,63 triliun menjadi Rp5,99 triliun," tuturnya.

Sementara itu, untuk kredit ke sektor consumer business, BNI mencatat pertumbuhan sebesar 9,8 persen dari Rp52,53 triliun menjadi Rp57,65 triliun. Perseroan juga menaruh perhatian serius pada penetrasi terhadap kredit yang berbasiskan payroll.

Ada pun, rasio kredit bermasalah, atau non performing loan (NPL) gross pada kuartal I tahun ini menyentuh level 2,8 persen. Angka itu meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,1 persen. Namun, NPL net BNI kuartal I sebesar 0,9 persen, atau lebih tinggi dibanding periode yang sama setahun sebelumnya sebesar 0,5 persen.

"Jadi, kalau terjadi masalah pada kredit, kami akan cepat merestrukturisasinya sebelum menjadi NPL dan memonitor debitor-debitor yang berpotensi bermasalah, serta memilih sektor-sektor yang risikonya relatif randah," ujarnya.

Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp371,56 triliun. Komposisinya masih didominasi komponen dana murah sebesar 58,5 persen, atau sekitar Rp217,25 triliun.

Untuk tingkat loan to deposit ratio (LDR) sebesar 88 persen dengan tingkat net interest margin (NIM) sebesar 6,1 persen. Total aset perseroan hingga kuartal I sebesar Rp509,09 triliun, atau bertumbuh 25 persen dan rasio kecukupan modal (CAR) tetap terjaga menjadi 19,9 persen. (asp)