Pantai Kayuburu Tuan Rumah Festival Nasional Musik Tradisi

warga baduy melantunkan musik khas sunda
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
- Dunia musik di tanah air belakangan semakin berkembang. Apalagi semenjak teknologi semakin canggih. Menyikapi hal ini, Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan menggelar kegiatan musik bagi anak-anak. Acara tersebut bertajuk Festival Nasional Musik Tradisi 2016.


Festival ini akan digelar di Pantai Kayuburu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, 22-23 April 2016. Bekerja sama dengan pemerintah kabupaten setempat, lokasi acara ini berada di tempat Sail Tomini digelar pada 2015 lalu. Ini sebagai  penerapan dari pesan Presiden Joko Widodo yang meminta Sail Tomini dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan lain di lokasi tersebut.


“Mengapa diadakan di sana? Saya kira ini ada kaitannya dengan keinginan untuk mengembangkan daerah karena semangat dari pemerintah saat ini untuk membangun Indonesia dari pinggiran. Perlu juga kegiatan-kegiatan nasional diselenggarakan di daerah agar semua ini juga punya rasa agar menjadi bagian dari Indonesia ini,” ungkap Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilman Farid lewat rilis yang dikirmkan pada
VIVA.co.id
.


Sebagai penyelenggara acara, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, mengusung tema ‘Semarak Nada Indonesia’ dalam Festival musik ini. Harapannya adalah agar musik-musik tradisi dari berbagai wilayah di Indonesia mempunyai eksistensi kembali melalui sentuhan anak-anak, di mana seperti diketahui, dalam era teknologi ini musik-musik tradisi mulai dilupakan.


Sekitar 400-an anak dengan kisaran usia 8-12 tahun  dari 34 provinsi akan meramaikan acara ini. Mereka akan membawakan lagu-lagu dari daerahnya masing-masing dengan berbagai aransemen  yang mereka ciptakan. Festival ini, disebut Hilmar, merupakan program yang bergulir setiap tahunnya di Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud sejak tahun 1970.

“Festival ini tujuannya untuk mengumpulkan bukan hanya bakat, tapi juga hasil kerja anak-anak yang ingin merawat tradisi melalui kesenian. Festival seperti ini sebenarnya sudah berlangsung cukup lama dan sudah membuktikan bahwa begitu banyak potensi yang sebetulnya ada di dalam produksi merawat kesenian. Ini momen untuk mengumpulkan semua bakat dan juga hasil kerja keras dalam bentuk festival,” jelas lulusan Sejarah Fakultas Sastra UI itu.

“Kalau biasanya Indonesia dalam bayangan orang adalah Jakarta, sekarang diadakan di Parigi Moutong, justru untuk memberikan rasa itu. Dengan begitu anak-anak berprestasi dari 34 provinsi ini juga bisa mengalami Indonesia secara konkrit,” lanjut Hilmar.


Kegiatan festival yang dilakukan oleh Kemendikbud itu pun merupakan salah satu strategi penciptaan rasa seni yang kekinian dalam mendayagunakan kekayaan dan kemajemukan musik tradisi yang sudah ada. Masyarakat khususnya dari anak-anak diharapkan tidak lupa bahwa Indonesia merupakan Negara yang kaya akan seni dan budaya. Acara ini adalah bentuk pelestarian sekaligus perwujudan kecintaan terhadap tanah air.


“Tradisi ini mesti diteruskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Kalau bisa se-dini mungkin. Karena seringkali kita melupakan pentingnya tahun-tahun pembentukan dari anak-anak. Sehingga ketika dia bersentuhan dari apa yang namanya tradisi, bukan saat usianya sudah besar sehingga tidak menjadi kulit. Kalau dari anak-anak langsung ikut mengalami, merasakan, pembentukan ini. Rasa awal itu. Sehingga betul-betul menjadi bagian dari hidupnya. Itu yang diharapkan,” jelas Hilmar.


Pengajar lepas di Institut Kesenian Jakarta tersebut mengatakan, pada dasarnya ada cukup banyak program dari Ditjen Kebudayaan Kemendikbud untuk meningkatkan kecintaan terhadap seni dan budaya, khususnya bagi anak-anak.  Hilmar menyebut bahwa kesenian dan kebudayaan tidak terlepas dari system pendidikan di Indonesia.


“Sehingga mestinya sejak awal anak-anak diperkenalkan pada gagasan bahwa kesenian itu sebuah jaminan hidup,” tuturnya.


Festival musik seni anak ini akan dilombakan bagi para pesertanya. Masing-masing provinsi akan mengirimkan satu kelompok untuk mewakili daerahnya. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini bersifat selebrasi namun tetap dalam pengamatan dan penilaian yang bertujuan untuk memotivasi para penampil dalam meningkatkan kualitas pertunjukan musik yang akan dimainkan di masa mendatang.


“Dari sisi pendidikan saya kira penting ada semacam peringkat, karena pendidikan untuk anak-anak di usia belia dengan yang menuju dewasa akan berbeda penanganannya. Jadi kategori penting dan lebih untuk kepentingan pendidikan itu. Bukan pada yang satu lebih baik dari yang lain, tetapi bahwa peringkat ini menunjukkan jenjang kemampuan dari masing-masing anak, sesuai dengan takarannya,” ucapnya.


“Karena kadang kita memberikan beban yang terlalu berat. Kalau dikasih kategori sama, ya nggak mungkin untuk anak. Walau memang ada anak-anak ajaib yang punya kemampuan lebih di usia yang sangat muda, kita tidak bisa menutup mata tentang itu. Tetapi secara umum jenjang itu pada akhirnya diperlukan. Kita ibaratkan seperti naik tangga, semakin besar kemampuannya, kakinya semakin kokoh, tubuh lebih kuat, makin bisa meningkat dan meningkat,” tambah Hilmar.


Acara ini juga melibatkan para pakar dalam bidangnya yang akan memberikan penilaian terhadap penampilan peserta. Seperti Purwacaraka, Jabatin Bangun, Frans Sartono, dan Suhendi Apriyanto. Sedangkan beberapa aspek yang menjadi penilaian para pengamat tersebut antara lain meliputi originalitas dan keutuhan karya, ide dan kreativitas, serta totalitas penampilan yang dibawakan.


Selanjutnya, dari hasil pengamatan yang dilakukan, akan dipilih 5 kelompok penyaji terbaik tanpa jenjang, 5 orang penata musik terbaik tanpa jenjang, 10 orang penampil/ pemain musik terbaik tanpa jenjang, dan 1 kelompok terbaik.


Selain bertujuan untuk mendokumentasikan dan/atau memetakan perkembangan musik tradisi di seluruh Indonesia, diharapkan kegiatan Festival Nasional Musik Tradisi 2016 ini dapat dijadikan sebagai wahana pewarisan musik tradisi, dan hiburan yang sehat, edukatif, serta bernilai kultural bagi anak-anak Indonesia.


“Yang paling penting setelah kegiatan ini selesai, hasilnya dikonsolidasi. Kalau 34 provinsi ini punya komitmen untuk mengembangkan jalan menuju pengembangan anak-anak ini maka akan terbuka,” tutup Hilmar. (ren)