Menjomblo 9 Tahun, Puluhan Pria Turki Unjuk Rasa
- www.telegraph.co.uk
VIVA.co.id – Biasanya soal pernikahan di wilayah Timur Tengah, posisi perempuan selalu dianggap sebagai sub ordinat. Namun, sekitar 25 pria di sebuah desa kecil di Turki, bahkan kesulitan menikah, karena tak ada perempuan yang bersedia menjadi istri mereka.
Sejumlah pria yang tinggal di wilayah pedesaan Uzumlu, di Turki itu melakukan unjuk rasa. Mereka memprotes para perempuan yang menolak menikah dengan mereka. Sambil membawa spanduk, rombongan pria tersebut meminta kaum hawa bersedia menikah dengan mereka dan tetap tinggal bersama mereka di Uzumlu.
Seperti diberitakan oleh Al Arabiya, Kamis 7 April 2016, kasus penolakan terjadi sejak sembilan tahun yang lalu. Kaum perempuan menolak, karena tak ingin tetap tinggal di Uzumlu. Akibat tak ada lagi wanita Uzumlu yang bersedia dinikahi, kaum pria tersebut banyak yang menjomblo hingga bertahun-tahun lamanya.
Pria pengunjuk rasa ini membawa berbagai spanduk yang berisikan tulisan yang meminta kaum hawa untuk bersedia tetap tinggal bersama mereka di desa kecil dibanding pindah ke kota besar. Untuk menunjukkan betapa seriusnya mereka ingin menikah, pengunjuk rasa ini juga membawa pesan untuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Mereka berjanji akan memiliki lima anak jika diberi kesempatan menikah. Erdogan belum lama ini mendesak pasangan di Turki untuk memiliki sedikitnya tiga anak dalam pernikahan mereka.
Kepala Desa Uzumlu, Mustafa Bashbillan mengatakan, desanya saat ini memiliki populasi penduduk hanya 233 jiwa. Dari jumlah tersebut, masih ada 25 pria yang belum menikah. Usia mereka berada pada kisaran 25 hingga 45 tahun.
Bashbillan mengatakan, nyaris seluruh wanita di desa tersebut memilih meninggalkan desa untuk mencari kehidupan lain di kota besar. Sementara itu, kaum pria memilih bertahan untuk menjaga tanah warisan keluarganya.
Ia juga mengatakan, desa tersebut tak memiliki masalah finansial, namun kaum muda mereka tak bisa menikah karena problem tersebut. Bashbillan mengenang, pernikahan terakhir di desa tersebut terjadi sembilan tahun yang lalu, di mana saat itu jumlah populasi warga desa mencapai 400-an orang. (asp)