Kita Bisa Bersatu Karena Memiliki Pancasila

Wakil Ketua MPR RI Mahyudin
Sumber :

VIVA.co.id – Wakil Ketua MPR Mahyudin mengatakan bangga menjadi bangsa Indonesia. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama bisa bersatu.

"Lihat bangsa lain, seperti di Timur Tengah, meski memiliki bahasa satu tapi tak bisa bersatu," ujar  politisi Partai Golkar ini.

Mahyudin mengatakan hal itu ketika berbicara di depan sekitar 280 mahasiswa Univesitas Borobudur dan mahasiswa perguruan tinggi lainnya yang sedang mengikuti acara Sosialisasi Empat Pilar MPR di Aula Universitas Borobudur, Kalimalang, Jakarta Timur, Kamis, 7 April 2016.

Acara sosialisasi yang diselenggarakan oleh MPR bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Borobudur ini mengambil tema "Meneguhkan Nasionalisme di Kalangan Pemuda."

Lebih lanjut, Mahyudin menegaskan bahwa kita bisa bersatu karena memiliki Pancasila. "Pancasila adalah alat pemersatu bangsa. Pancasila hanya milik bangsa Indonesia," lanjut salah seorang  kandidat Ketua Umum Partai Golkar ini.

Mahyudin yang telah melakukan sosialisasi ke berbagai pelosok Indonesia mengaku bangga melihat bangsa Indonesia bisa bersatu. Tapi, yang belum membanggakan, menurut Mahyudin, rakyat Indoensia masih banyak yang miskin, belum sejahtera. Buktinya, pendapatan perkapita Indonesia masih berkisar U$D5 - 10 ribu, sementara negara lain ada yang mencapai lebih U$D50 ribu.

Untuk itulah, kata Mahyudin, nasionalisme perlu ditanamkan di dalam jiwa setiap bangsa Indonesia, termasuk mahasiwa. "Namun nasionalisme bukan dalam ucapan, melainkan nasionalisme harus diwujudkan dalam bentuk nyata," kata Mayudin.

Oleh karena itu, sosialisasi Empat Pilar MPR ini menjadi sangat penting. Hanya saja, meski sosialisasi ini dilaksanakan oleh 692 anggota MPR tapi nyatanya belum bisa maksimal. Buktinya, masih ada public figur yang belum mengerti Pancasila, tak mengerti simbol sila-sila Pancasila.

Mahyudin juga mengkritik film-film produksi anak bangsa. “Kalau negara lain, seperti Jepang, bikin film menceritakan tentang kepahlawan, produser kita bikin mengangkat cerita Rebutan Harta Warisan atau Putri Yang Tertukar,” ujarnya.

Namun Mahyudin memuji film Cut Nyak Din, atau Film G-30 PKI, yang menceritakan kepahlawan.

Masih kata Mahyudin, meski ada kritik film G-30-S itu dikatakan rekayasa,  ia mengaku senang menonton film ini. "Saya tidak melihat dari sisi rekayasanya, tapi saya bangga di film ini Pancasila menang," ujar politisi asal Kalimantan Selatan ini.  (Web)