Penurunan Harga BBM Dianggap Belum Berdampak ke Industri
Sabtu, 2 April 2016 - 14:34 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Ekonom Didik J. Rachbini menilai, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), yakni jenis Premium dan Solar, belum bisa memberi efek pada dunia industri.
Harusnya, penurunan harga BBM lebih banyak lagi, sehingga bisa menekan pertumbuhan sektor industri yang lebih bagus.
"BBM itu turunnya kurang, harus signifikan seperti turunnya harga minyak dunia yang turun dari US$100 per barel sampai ke US$30 per barel. Tapi dengan syarat itu, dijadikan kesempatan untuk kebijakan industri," jelas Didik, di sela-sela diskusi Polemik Sindo Radio, di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu 2 April 2016.
Menurutnya, BBM yang murah bisa mendorong sektor usaha kecil dan menengah, yang kini juga menjadi fokus pemerintah untuk diberdayakan lebih baik.
Diakuinya, kalau harga BBM turun signifikan, memang mengurangi pendapatan dari pemerintah dan menteri keuangan yang rugi. Tetapi, menurut mantan Direktur Indef ini, itu harus dilakukan pemerintah.
Baca Juga :
"Dan ,enggak perlu lagi menimbang-nimbang naik, atau bagaimana. Sebab, kalau industri jalan, ekonominya tumbuh, ?pendapatan masyarakat akan naik. Bisa 50 persen dalam dua hingga tiga tahun," jelas Wakil Ketua Umum DPP PAN itu.
Penurunan harga minyak dunia, menurutnya, sudah kasat mata terlihat. Hanya memang, perlu sikap pemerintah untuk berani mengambil kebijakan harga bahan bakar yang lebih murah lagi.
Menurut Didik, ini kesempatan pemerintah untuk memperkuat sektor industri yang selama ini bergeraknya sangat lamban.
"Dengan adanya kesempatan BBM super murah, industri mendapat angin. Karena, sekarang kan industri klepek-klepek. Hanya empat persen, tiga persen," katanya.
Kalau harga BBM masih terlalu tinggi, Didik mengatakan, industri tidak akan berjalan baik. Apalagi, turunnya hanya sedikit dan tidak memberi efek ke dunia industri.
"Sama saja kayak kalau ada angin, tetapi layarnya enggak dikembangkan, ya sama saja. Sebab, BBM turun kan ada yang untung, ada yang rugi. Yang rugi itu Kemenkeu (Kementerian Keuangan), karena income-nya hilang. Yang untung, kalau diambil industri," katanya.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan menurunkan harga BBM. Namun, yang turun hanya dua jenis BBM, yakni Premium dan Solar.
"Maka hari ini, kami memutuskan harga premium yang Rp6.950 menjadi Rp6.450 per liter, jadi turun Rp500 per liter. Solar dari Rp5.650 menjadi Rp5.150 per liter. Minyak tanah tetap," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, dalam keterangan pers, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu lalu, 30 Maret 2016. (asp)