Abdul Kharis Almasyhari, Anak Kyai yang Menaklukan Senayan

Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari
Sumber :

VIVA.co.id – Abdul Kharis Almasyhari lahir pada 25 Agustus 1968 dari pasangan KH. Syaibani dan Muslimah.  Merupakan anak sulung dari seorang Kyai pemilik pondok pesantren di Purworejo, Jawa Tengah.

Lulus dari pendidikan TK dan SD Tersidi Lor, Purworejo, Kharis berhasil melanjutkan sekolah SMP Negeri I Kutoarjo kemudian lanjut ke SMA Negeri I Kutoarjo.

Sejak TK hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) ia selalu menjadi siswa terbaik dan juara di kelas. Bahkan saat SD ia sempat menjadi siswa teladan ke-empat se-Kabupaten Purworejo.

Di SMA ia mulai aktif berorganisasi, baik organisasi kesiswaan di sekolah maupun organisasi remaja mesjid. Diantaranya ia pernah menjadi Ketua Takmir Masjid, sekaligus menjadi pengkotbah di Masjid SMAN I Kutoarjo.

Selepas SMA tahun 1987, Kharis diterima di Fakultas Ilmu Ekonomi, jurusan Akutansi  di Universitas  Negeri  Sebelas Maret, Surakarta Solo.

Di semester kedua kuliahnya ia mulai mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan di kampusnya. Tidak kurang empat kegiatan kemahasiswaan yang diikutinya, yakni Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam- red), Beladiri Merpati putih, BPPI (Badan Pengkajian dan Pengamalan Islam) serta Badan Pers Mahasiswa. Dan sejak itulah ia mulai berkenalan dengan dunia pers, penerbitan dan percetakan.

Ketika ada tawaran dari Badan Pers Mahasiswa untuk mengikuti pelatihan di Jakarta tepatnya di Majalah Tempo, ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Apalagi saat itu jumlah mahasiswa yang boleh mengikuti pelatihan itu sangat terbatas, yakni hanya tiga mahasiswa untuk satu kampus.

Siapa sangka jika pelajaran dalam pelatihan jurnalistik di Tempo yang hanya beberapa hari itu begitu membuat Kharis tertarik. Bahkan saat itu juga muncul ide untuk mendirikan usaha percetakan di sekitar kampusnya. Di semester dua itulah ia mulai merintis bisnis percetakan hingga sukses kini.

Memiliki cukup materi di usia muda diakui Kharis menjadi ujian tersendiri dari hidupnya. Tak ingin terpeleset oleh hal negatif, ia pun memilih untuk segera mengakhiri masa lajangnya alias menikah di usia muda.

Meski belum mengantongi gelar sarjana, Kharis muda menikah dengan pujaan hatinya hingga memiliki tiga anak, kini ia memiliki 7 orang anak.

Setelah berhasil meraih gelar akuntan, Kharis kemudian mendirikan CV Citra Islami Press pada tahun 1993 dan menjadi Direktur Utamanya. Empat tahun kemudian ia mendirikan PT Era Adicitra Intra Media yang bergerak di bidang percetakan dan penerbitan buku-buku Islami dan menjabat sebagai Direktur Utama .

Pada tahun 1995, ia dipercaya menjadi dosen Tetap di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Dan sebagai pengusaha di bidang percetakan dan penerbitan, ia pun aktif dalam kepengurusan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) sejak tahun 1997. Bahkan di tahun 2007, Kharis menjabat sebagai Ketua IKAPI Propinsi Jawa Tengah, baru pada tahun 2013 lalu ia dipercaya menjadi Wakil Ketua Pengurus IKAPI Pusat.

Pada tahun 2013, Kharis merasa bisnis penerbitannya sudah tergolong mapan. Ia pun mencoba mendaftarkan diri menjadi calon anggota legislatif (caleg). Hal tersebut menjadi konsekuensi bagi karirnya sebagai dosen UMS, yaitu ia harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dosen tetap UMS.

Dan tahun 2014, Kharis mulai bertarung di kancah politik. Dia berhasil merebut suara yang cukup tinggi di daerah pemilihannya, Dapil Jawa Tengah V yang meliputi wilayah Surakarta, Sukoharjo, Boyolali dan Klaten dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Bersama 559 anggota DPR RI lainnya, Kharis pun resmi menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019, bahkan kini dia dipercaya menjadi Wakil Ketua Komisi X DPR RI.

Peraih program doktor di bidang akuntansi UNS ini, akan terus berjuang demi rakyat. Baginya, hidup ini harus terencana dan tidak mengikuti arah arus.  (www.dpr.go.id) (rin)