5 Hal Ini Pengaruhi Arah Bisnis Properti

Ilustrasi Sinar Mas Land.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Perusaaan properti Sinarmas Land membeberkan lima faktor yang memengaruhi bisnis properti. Sebab, kelima hal tersebut yang menentukan ke mana arah bisnis properti yang menentukan strategi bisnis perseroan.

CEO Corporate Strategy and Services Sinar Mas Land Ishak Chandra mengatakan, pertama, bisnis properti dipengaruhi oleh life stlye atau gaya hidup. Sebab, tren orang Indonesia yang cenderung konsumtif lantaran mengikuti life stlye.

"Ke depan, akan banyak orang Indonesia akan tinggal di daerah kota. Yang dimaksud kota bukan hanya Jakarta, tapi Malang kota, Surabaya kota, dan sebagainya," kata dia di Senayan City Jakarta, Rabu, 30 Maret 2016.

Kedua, jumlah angka konsumsi masyarakat mempunyai pengaruh besar pada penjualan. Menurutnya, selama ini banyak orang Indonesia menganggap bahwa penghasilan mereka sudah mampu memenuhi semua kebutuhan dan keinginan.

"Orang Indonesia banyak yang secure terhadap financial mereka. Sehingga mereka merasa yakin untuk membeli apapun meskipun dengan mencicil. Jadi menganggap semuanya mudah," tuturnya.

Ketiga, jumlah masyarakat yang melakukan urbanisasi akan meningkat dari tahun ke tahun hingga 71 persen dalam 15 tahun ke depan. Karena orang Indonesia nanti banyak yang akan tinggal di daerah kota, maka developer atau pengembang akan masuk ke sana.

"Jadi kita lihat 55 persen orang Indonesia tinggal di kota dan diperkirakan ada 71 persen orang Indonesia akan tinggal di kota pada 2030 atau 15 tahun dari sekarang kemungkinan orang Indonesia akan tinggal di kota. Developer masuk ke kota, punya daya beli tinggi," katanya.

Selanjutnya, kata Ishak, faktor ke empat adalah pengaruh sosial media dan digitalisasi yang ikut memengaruhi industri properti karena semua informasi dan data dapat diperoleh melalui internet. Apalagi, orang Indonesia sebagai pengguna internet masuk dalam kategori  terbesar di dunia.

Faktor terakhir, menyayangkan sikap dari orang Indonesia yang beranggapan jika  Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai ancaman. Padahal dengan masuknya MEA bisa menjadi peluang karena 40 persen pasarnya ada di Indonesia.

"Ini kesempatan atau ancaman? Peluang dong, pasarnya di sini akan buka pabrik di sini karena pasarnya di sini. Tapi yang heran ketika disurvei anggap MEA merupakan ancaman, saya baca penelitiannya bingung tapi itu yang terjadi, saya yakin dengan ada MEA, industri real estate akan booming," tuturnya.