Bakrie Sumatera Raih Penjualan Rp2 Triliun
VIVA.co.id – PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berhasil membukukan penjualan Rp2 triliun sepanjang 2015. Penjualan positif ini ditopang dari komoditas sawit dengan nilai penjualan Rp1,5 triliun dan komoditas karet Rp0,5 triliun.
Direktur Investor Relations Bakrie Sumatera, Andi W. Setianto, menyatakan, kinerja positif ini tentu tidak lepas dari kerja keras perseroan dalam serangkaian program revitalisasi perkebunan, dan kemampuan menjaga produksi kebun inti sawit dan karet.
Menurut dia, produksi inti dua komoditas itu tetap stabil di tengah pelemahan harga komoditas di pasar global, diskon harga domestik CPO (Crude Palm Oil), akibat kebijakan pungutan CPO Fund US$50 per ton untuk mendukung program biodiesel, dan El-Nino yaitu kondisi cuaca ekstrem udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang serta kekeringan.
“Perseroan mengikuti protokol RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) and ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan. Kami mempunyai kebijakan zero-burning (tanpa membakar) dalam melakukan kegiatan perkebunan, khususnya aktivitas land clearing, sehingga tidak ada kebakaran lahan yang berasal dari kebun Bakrie,” kata Andi lewat siaran persnya, Selasa, 29 Maret 2016.
Ia mengungkapkan, pada 2014, nilai penjualan Bakrie Sumatera masih tumbuh 27 persen. Jika dilihat, harga komoditas sawit utama yaitu CPO masih dalam tren penurunan harga yang berlangsung sejak tahun 2011 hingga ke level terendah bulanan US$480 per ton FOB Malaysia di sepanjang 2015 dibandingkan harga 2014 yang level terendahnya saat itu tercatat US$620 per ton.
Bahkan, data pasar menunjukkan harga CPO pernah mencapai level tertinggi US$1.200 per ton di awal 2011. "Tetapi berkat kerja keras, perseroan masih mampu membukukan nilai penjualan sebesar Rp2 triliun dan laba kotor Rp514 miliar sepanjang 2015 seperti pada laporan keuangan 31 Desember 2015 yang dirilis Selasa 29 Maret," tuturnya.
Pihaknya mengaku bekerja keras mengatasi kondisi air di kebun akibat kemarau panjang tahun lalu dengan sebaik-baiknya serta berhasil mempertahankan produksi kebun inti sawit dan karet.
"Optimalisasi produktivitas pabrik, juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka,” paparnya.
Andi menyebut, kondisi El-Nino pada 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya pasokan sawit dunia untuk tahun 2016, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO yang mulai terlihat pada kuartal I tahun ini.