Produsen Yoghurt Asal AS Lirik Investasi di Indonesia
Selasa, 15 Maret 2016 - 11:45 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Arie Dwi Budiawati
VIVA.co.id - Produsen yoghurt asal Amerika Serikat, berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Masuknya produsen yoghurt ke Tanah Air akan menambah variasi sektor investasi yang masuk dari AS.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengharapkan, agar mereka segera merealisasikan komitmen investasinya.
"Dengan berkembangnya jumlah kelas menengah di kota-kota besar di Indonesia, konsumsi dairy product, seperti keju dan yoghurt tentu juga ikut meningkat," kata Kepala BKPM, Franky Sibarani, di Jakarta, Selasa 15 Maret 2016, dikutip dalam keterangan tertulisnya.
Franky menjelaskan, upaya pemasaran investasi yang dilakukan BKPM direspons positif oleh investor Negeri Paman Sam itu.
Kantor perwakilan BKPM di New York aktif melakukan kegiatan promosi investasi untuk menjaring minat investasi di wilayah akreditasinya.
"Untuk Amerika Serikat, industri makanan dan minuman memang menjadi salah satu sektor yang didorong untuk mengimbangi sektor pertambangan dan migas yang masih mendominasi," kata dia.
Franky menuturkan, minat investasi yang masuk dari AS tersebut dapat berkontribusi positif pada capaian realisasi investasi sektor industri makanan yang sedang didorong oleh BKPM.
Sekadar informasi, produsen yoghurt yang dimaksud ini berpusat di Albany, New York, Amerika Serikat.
"Investasi produk yoghurt ini akan dikawal oleh kantor perwakilan BKPM di New York dan tim marketing officer wilayah Amerika yang bekerja sama dengan perwakilan RI setempat," kata dia.
Baca Juga :
Adapun, dari data BKPM tahun 2015, realisasi investasi industri makanan dan makanan yang masuk dalam sektor prioritas padat karya tercatat Rp43,5 triliun, terdiri dari 2.185 proyek dan menyerap 178.795 tenaga kerja.
Investasi sektor makanan dan minuman terbukti mendominasi dari total keseluruhan investasi yang masuk di sektor padat karya sebesar Rp55 triliun.
Pejabat Kantor Perwakilan BKPM di New York (IIPC), Elsa Noviliyanti, mengatakan pihaknya terus melakukan komunikasi intensif melalui berbagai metode komunikasi.
"Kami secara intensif melakukan komunikasi untuk menindaklanjuti minat yang telah disampaikan. Harapannya minat investasi tersebut dapat segera direalisasikan," kata Elsa.
Dia memaparkan, AS tergolong negara prioritas pemasaran investasi. Menurut data BKPM, pada tahun 2015, nilai realisasi investasi AS mencapai US$893 juta terdiri dari 261 proyek dengan didominasi oleh sektor-sektor pertambangan.
Dari sisi komitmen tercatat masuknya komitmen US$4,8 miliar terdiri dari 76 proyek.
Adapun, BKPM pada tahun 2016 menargetkan capaian realisasi investasi tumbuh 14,4 persen dari target tahun 2015 atau mencapai Rp594,8 triliun.
Realisasi ini dikontribusi dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp386,4 triliun, atau naik 12,6 persen dari target PMA tahun lalu.
Selain itu, dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp208,4 triliun, naik 18,4 persen dari target PMDN tahun lalu.
Sementara itu, dari sisi penyerapan tenaga kerja di tahun 2016, BKPM menargetkan penyerapan 2 juta tenaga kerja.
Untuk mencapai target tersebut, BKPM pada menetapkan 10 negara prioritas termasuk di antaranya AS, Australia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris. (asp)