Kepercayaan Investor Global Dianggap Dorong Penguatan Rupiah
Jumat, 11 Maret 2016 - 16:59 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id
- Sekretaris Kabinet Pramono Anung menilai menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), disebabkan karena paket ekonomi jilid I-X telah menimbulkan kepercayaan dunia internasional terhadap dasar dari perekonomian Indonesia.
Menurutnya, hal itu terlihat dari secara konsisten rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penguatan. Selain itu, yang paling utama, adalah foreign direct investment-nya juga meningkat.
“Jadi kalau kemudian ini dianggap sebagai bukan atas trust atau kepercayaan dunia internasional terhadap ekonomi kita, menurut saya juga tidak benar,” kata Pramono, dikutip pada laman Sekretariat Kabinet, Jumat, 11 Maret 2016.
Dia menjelaskan, yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini adalah membuat, mempermudah perizinan, dan membuat orang lebih nyaman berinvestasi di Indonesia
Baca Juga :
Dia memaparkan, setelah Presiden Joko Widodo membuat paket kebijakan ekonomi, banyak investor masuk ke Indonesia.
Pramono berharap, pemerintah bisa menjaga penguatan rupiah dan IHSG agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini bisa mencapai lima persen.
“Itu tentunya harus disikapi secara jernih, hati-hati dan juga tetap apa yang menjadi dasar ataupun tujuan utama dari ekonomi kita itu bisa tercapai,” jelas Pramono.
Terkait dampak ke ekspor dan impor, dia mengatakan, pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia tetap harus dijaga, agar bisa tumbuh 5,3 persen.
Selain paket ekonomi, Pramono menjelaskan, dalam waktu dekat pemerintah akan mulai menata kembali, terutama kebijakan yang berkaitan dengan ease of doing business, serta menekan gini ratio atau tingkat kesenjangan antara kaya miskin.
“Maka beberapa program untuk mengatasi kemiskinan, di antaranya dengan KUR (kredit usaha rakyat) dan lain-lain akan diprioritaskan oleh pemerintah sekarang ini,” tegasnya.
Harga BBM
Sementara itu, terkait penentuan harga bahan bakar minyak (BBM), dia menjelaskan, pemerintah tidak bisa menentukan. Hal tersebut, karena harga BBM ditentukan oleh harga BBM dunia.
“Kami ini kan bukan pemain utama, kami ini menjadi follower dari bench mark harga dunia,” ujarnya.
Menurutnya, dengan kondisi turbulensi ekonomi dunia seperti saat ini, maka yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.
Dia menambahkan, pemerintah perlu mengantisipasi dengan memiliki sumber pemasukan selain dari natural resourches, seperti batu bara, kelapa sawit, dan sebagainya yang selama ini menjadi andalan.
“Sehingga dengan demikian pemerintah harus mempunyai instrumen lain untuk meningkatkan penerimaan selain pajak tentunya,” jelas dia. (ren)