Cara Pemerintah Antisipasi MEA di Industri Furnitur
Kamis, 10 Maret 2016 - 15:30 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) turut menjadi tantangan bagi industri furnitur dan kerajinan di Tanah Air. Berbagai upaya ditempuh pemerintah agar bisa mengantisipasi MEA.
"Tantangan ke depan yang sama-sama kami cermati adalah penerapan MEA," kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin, dalam Pembukaan "International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) 2016" di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis, 10 Maret 2016.
Saleh mengatakan, MEA bisa menjadi peluang dan tantangan bagi industri dalam negeri, termasuk industri furnitur dan kerajinan.
Kementerian ini pun melakukan berbagai hal untuk mengantisipasi penerapan MEA, seperti penyusunan dan implementasi standar nasional Indonesia (SNI) terhadap komoditas furnitur dan kerajinan serta menggelar pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan kemampuan sumber daya manusia para perajin furnitur.
Dia menuturkan, industri furnitur dan kerajinan merupakan salah satu industri prioritas. Industri ini menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi, berdaya saing global, penghasil devisa negara, dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
"Saat ini, industri furnitur berbahan kayu dan rotan menyerap tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebanyak 2,5 juta orang," kata Saleh.
Baca Juga :
Diketahui, tahun 2012, ekspor furnitur kayu dan rotan mencapai US$1,4 miliar dan meningkat menjadi US$1,8 miliar pada tahun 2013. Angka ini juga meningkat lagi pada tahun 2014 sebanyak US$2,2 miliar.
"Diprediksi nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai US$5 miliar," kata dia.
Adapun, komposisi ekspor furnitur Indonesia dilihat dari segi bahan baku, masih didominasi bahan baku kayu 59,5 persen, metal 8,1 persen, rotan 7,8 persen, plastik 2,3 persen, bambu 0,5 persen, dan bahan lainnya 21,3 persen. (ase)