09-03-1945: Tokyo Dihujani Bom
Rabu, 9 Maret 2016 - 12:25 WIB
Sumber :
- www.bookmice.net
VIVA.co.id - Hari ini 71 tahun silam, pesawat tempur Angkatan Udara Amerika Serikat dengan operasi bersandi Meetinghouse melancarkan serangan dengan menjatuhkan bom kluster seberat 2.000 ton di Ibu Kota Jepang, Tokyo, selama 48 jam.
Mengutip situs History
, wilayah seluas 16 mil persegi di sekitar Tokyo terbakar yang menewaskan 80 ribu sampai 130 ribu warga sipil Jepang. Serangan pengeboman tunggal yang paling menghancurkan dalam sejarah.
AS melakukan serangan udara skala kecil terhadap Tokyo pada April 1942 yang berdampak moral besar. Pengeboman strategis dan pengeboman kawasan perkotaan dimulai pada 1944 setelah mulai berdinasnya pesawat pengebom B-29 Superfortress.
Pesawat ini awalnya diterbangkan dari pangkalan udara di China dan selanjutnya dari Kepulauan Mariana. Serangan udara B-29 asal Mariana dimulai malam hari pada 17 November 1944 hingga 15 Agustus 1945.
Saat itu, kecepatan pesawat tempur menjadi pertimbangan tersendiri, sebab setiap pesawat hanya mampu membawa lebih dari tuju ton bom. Sempat muncul ide, haruskah pesawat-pesawat tempur AS itu mendarat di Jepang meski berisiko mendapat perlakuan buruk dari warga sipil.
Selain pusat Kota Tokyo, bom kluster juga menyasar pinggiran wilayah Shitamachi. Pemboman di kota berpenduduk 750 ribu orang itu diibaratkan “kota kertas yang terbakar”.
Warga Shitamachi kala itu sempat membela diri dengan melakukan pemadaman besar-besaran. Namun, mereka putus asa karena kurang terlatih untuk mengatasi tragedi itu. Serangan bom hebat AS itu berlangsung sekitar tiga jam.
Baca Juga :
Mengutip situs History
AS melakukan serangan udara skala kecil terhadap Tokyo pada April 1942 yang berdampak moral besar. Pengeboman strategis dan pengeboman kawasan perkotaan dimulai pada 1944 setelah mulai berdinasnya pesawat pengebom B-29 Superfortress.
Pesawat ini awalnya diterbangkan dari pangkalan udara di China dan selanjutnya dari Kepulauan Mariana. Serangan udara B-29 asal Mariana dimulai malam hari pada 17 November 1944 hingga 15 Agustus 1945.
Saat itu, kecepatan pesawat tempur menjadi pertimbangan tersendiri, sebab setiap pesawat hanya mampu membawa lebih dari tuju ton bom. Sempat muncul ide, haruskah pesawat-pesawat tempur AS itu mendarat di Jepang meski berisiko mendapat perlakuan buruk dari warga sipil.
Selain pusat Kota Tokyo, bom kluster juga menyasar pinggiran wilayah Shitamachi. Pemboman di kota berpenduduk 750 ribu orang itu diibaratkan “kota kertas yang terbakar”.
Warga Shitamachi kala itu sempat membela diri dengan melakukan pemadaman besar-besaran. Namun, mereka putus asa karena kurang terlatih untuk mengatasi tragedi itu. Serangan bom hebat AS itu berlangsung sekitar tiga jam.