Lapan Siapkan 5 Teleskop Amati Gerhana Matahari di Palembang

Teleskop untuk melihat gerhana matahari
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Feny Selly

VIVA.co.id – Gerhana Matahari Total (GMT) akan berlangsung esok hari, Rabu, 9 Maret 2016. Fenomena alam yang diprediksikan akan terjadi 350 tahun lagi ini melintasi kota pertamanya, yakni Palembang.

Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di bidang Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Saipul Hamdi, mengemukakan proses terjadinya gerhana, ketika bulan mulai menutupi matahari terjadi jam 06.20 WIB. Waktu gerhana matahari totalnya jam 07.20 WIB, kemudian terpisah sampai pukul 08.31 WIB.

"Jadi, gerhana matahari total terjadi di Palembang selama 1 menit 52 detik. Waktu total sempurna ini, masyarakat boleh membuka kacamata gerhananya. Boleh melihat gerhana dengan mata telanjang untuk menyaksikan keindahannya. Tapi sesaat atau sesudah gerhana total, masyarakat pakai kacamata lagi," ujar Saipul di Graha Teknologi Sriwijaya, Palembang, Selasa, 8 Maret 2016.

Berdasarkan data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), ada 11 kota yang dilewati GMT adalah Palembang, Bangka, Belitung, Luwuk, Palangkaraya, Balikpapan, Palu, Halmahera, Poso, Sampit, dan Ternate.
 
Selain itu, sejumlah daerah lain di Indonesia juga bisa menyaksikan Gerhana Matahari Sebagian (GMS), antara lain Padang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Pontianak, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, Kupang, Manado, dan Ambon.

Untuk mengamati kegelapan pertama itu, Lapan menyiapkan ‘amunisinya’. "Persiapannya, besok kita siapkan lima teleskop di atas (jembatan) Ampera untuk mengamati Gerhana Matahari Total," ujar Saipul kepada VIVA.co.id.

Saipul mengatakan, satu teleskop akan digunakan untuk kepentingan salah satu media televisi secara live, satu unit lagi untuk berfungsi sebagai infokus yang hasilnya ditonton bersama-sama melalui layar besar, dan tiga teleskop untuk pengamatan.

"Peneliti Lapan melakukan dua pengamatan di Palembang dan Ternate. Palembang mengamati karakter radiasi matahari, kemudian CO2 yang langsung mempengaruhi fotosintesis dari sinar matahari," ujar Saipul.

Di Ternante, Lapan yang bekerja sama dengan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akan mengamati korona matahari. Saat GMT, dapat dimanfaatkan untuk menguji dan mempelajari suhu matahari, terutama soal corona mass ejection (lontara massa korona).

"Di Ternate kita amati suhu matahari, terutama koronanya. Di sana kita lakukan kerja sama pengamatan dengan NASA," kata Saipul. (ase)