60 Persen Pesawat Indonesia Dirawat di Luar Negeri
Jumat, 4 Maret 2016 - 23:22 WIB
Sumber :
- Fikri Halim / VIVA.co.id
VIVA.co.id - Menteri Perindustrian, Saleh Husin, mendorong dibentuknya akademi bagi teknisi bengkel pesawat. Menurutnya, Institusi pendidikan seperti ini penting mengingat keterbatasan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam negeri untuk industri Maintenance Repairing and Overhaul (MRO) pesawat terbang.
Saleh mengatakan, di tengah tantangan persaingan yang semakin ketat, Indonesia perlu memiliki SDM yang terampil di berbagai bidang salah satunya yang ahli dalam bidang perawatan dan perakitan pesawat terbang.
Baca Juga :
"Ke depannya adalah bagaimana mengembangkan SDM-nya, Untuk mengembangkan akademi komunitas tenaga kerja untuk MRO, agar Indonesia lebih berdaya saing," kata Saleh saat kunjungan kerja ke Garuda Maintenance Facility (GMF) Aeroasia Hangar 4, Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang Banten, Jumat 4 Maret 2016.
Saleh menjelaskan, dengan adanya SDM yang berkualitas, ditambah lagi dengan pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) impor suku cadang pesawat terbang yang tercantum dalam paket kebijakan ekonomi delapan akan membuat industri dan bisnis penerbangan di Indonesia semakin berdaya saing.
"Yang jelas pasti lebih murah, lebih cepat, lalu kalau lebih mudah mendapatkan SDM-nya kan pasti lebih murah, sehingga akan berdaya saing," kata Saleh.
Dia menambahkan, untuk hal ini pemerintah akan mendorong adanya semacam sertifikasi SDM di bidang pesawat untuk teknisi dan keterampilan lainnya, yang tentunya melibatkan lembaga terkait mulai dari institusi seperti Garuda, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti).
"Jadi untuk tenaga kerja MRO, ada suatu kebijakan khusus untuk spesialisasi bagi yang ingin bekerja di MRO, tentu perlu sertifikasi misalnya dari Garuda, kemenhub, atau kemenristekdikti," ungkapnya.
?Masih tergantung negara lain
Lebih lanjut Saleh Husin berharap, industri jasa perawatan pesawat dalam negeri mampu bersaing dengan industri jasa perawatan pesawat luar di negeri. Saleh menyebutkan 60 persen perawatan pesawat nasional masih dilakukan di luar negeri.
"60 Persen perawatan pesawat masih dilakukan di luar. Saya kira dengan perkembangan besar industri penerbangan, membuat kita membutuhkan industri MRO yang betul-betul dapat diandalkan," ujarnya.
Ia mengatakan dalam mencapai target yang dipatok untuk industri penerbangan untuk masuk ranking 10 besar pada 2020, harus diiringi dengan peningkatan kapasitas MRO baik dari sisi pengadaan sparepart, kemampuan SDM dan kecepatan dalam mereparasi sebuah pesawat.
"Seperti yang dilakukan GMF ini sejalan dengan dengan program pemerintah. Kualitas dan fasilitas MRO dalam negeri perlu ditingkatkan. Termasuk SDM-nya perlu ditingkatkan. Karena untuk mendukung industri penerbangan nasional, fasilitas perawatan sangat diperlukan," kata dia.
Di tempat yang sama, Direktur Teknik dan Teknologi Informasi PT Garuda Indonesia Tbk, Sekaligus Komisaris Utama PT GMF Aeroasia, Iwan Joeniarto, mengatakan, industri jasa perawatan pesawat juga membutuhkan insentif pemerintah, guna menarik 60 persen pasar yang berada di luar.
"Saya berharap agar posisinya setidaknya sudah membalikkan 60 persen pasar luar ke dalam negeri, atau dalam waktu dekat, 60 dalam negeri 40 luar negeri," tuturnya.