Obat Penurun Risiko Stroke Ini Justru Ditakuti
Selasa, 1 Maret 2016 - 22:56 WIB
Sumber :
- Freewallpaper
VIVA.co.id - Kolesterol menjadi faktor risiko utama penyebab stroke. Perlu diketahui, kolesterol yang harus dijaga jumlahnya adalah
Low Density Lipoprotein
atau LDL.
Tingginya kadar LDL dalam darah dapat menyebabkan aterosklerosis, suatu keadaan dimana pembuluh darah menyempit akibat menempelnya lemak di dinding pembuluh darah.
Sebagai salah satu risiko yang bisa dihindari, tentu saja hal ini sebenarnya bisa dikendalikan. Dengan cara mengubah pola hidup dan terapi obat-obatan.
Perubahan pola hidup tersebut antara lain seperti penurunan berat badan, banyak makan serat, konsumsi buah dan sayur, berhenti merokok, olahraga teratur, hindari stres dan batasi konsumsi lemak berlebih.
Pada orang dengan kolesterol tinggi, jika sudah melakukan pola hidup sehat, namun target penurunan kolesterol belum tercapai. Maka bisa beralih pada obat, tentu dengan petunjuk dari dokter.
"Paduan antara obat golongan Statin, pola hidup sehat diikuti olah raga, maka akan membantu menurunkan kolesterol LDL," ujar Spesialis Saraf, dan Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Mursyid Bustami dalam acara Pfizer Journalist Class, Kolesterol, Stroke dan Statin:Teman atau Lawan di Jakarta, Selasa, 1 Maret 2016.
Dalam sebuah penelitian terhadap salah satu jenis Statin, yaitu Atorvastatin 10 miligram, terjadi penurunan kardiovaskular mayor sebesar 37 persen, dan 48 persen kejadian stroke pada pasien dengan diabetes yang belum pernah mengalami riwayat jantung koroner.
Kolesterol jahat tidak hanya menjadi faktor risiko stroke dan penyakit kardiovaskular lain, namun juga menjadi faktor risiko Alzheimer Dementia. Karena itu pengendalian kolesterol LDL dengan obat golongan statin justru bisa mengurangi risiko dementia.
Meski obat ini ditakuti, karena diduga menjadi penyebab memory loss atau penurunan kemampuan kognitif, namun Mursyid mengatakan, obat ini memiliki manfaat yang jelas dan telah terbukti, dengan potensi efek samping yang kecil.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Swiger, juga mendukung hal tersebut, dengan menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan obat golongan statin dengan terjadinya memory loss.
"Jangan tunggu sampai terjadi serangan stroke, lebih baik melakukan deteksi dini terhadap berbagai faktor risiko, agar terhindar dari stroke."
(mus)