Jepang: Google Harus Taati 'Hak untuk Dilupakan'
VIVA.co.id – Pengadilan di Jepang, memberikan terobosan dalam pengakuan hak privasi pengguna internet. Pengadilan di distrik Saitama, memerintahkan Google untuk menghapus informasi catatan kriminal dari seorang pria yang pernah tersangkut kasus seks anak.
Dikutip dari The Guardian, Selasa 1 Maret 2016, diketahui pria yang disebutkan dalam kondisi anonim, telah menuntut Google untuk menghapus semua laporan kejahatannya yang telah online selama tiga tahun.
Pria tersebut memprotes, karena informasi penangkapannya dan keputusan denda, karena melanggar hukum pelacuran anak dan pornografi telah membuatnya tak nyaman.
Pria yang saat itu didenda pengadilan sampai 500 ribu Yen itu mengeluh setiap pencarian menggunakan nama dan alamatnya, maka informasi kasusnya selalu muncul di Google.
Dalam putusannya, hakim pengadilan tersebut, Hisaki Kobayashi, mengatakan pelaku kejahatan punya hak untuk menemukan rehabilitasi namanya dari cacatan buruk di masa lalu. Hakim berpendapat, seorang pelaku kejahatan juga layak mendapatkan kesempatan membangun kembali hidupnya tanpa hambatan dari catatan kriminal masa lalunya.
"Pelaku kriminal yang telah terekspose publik, karena laporan media atas penangkapan mereka berhak untuk dihormati kehidupan privasinya dan rehabilitasi mereka tanpa hambatan," kata Kobayashi dikutip dari kantor berita Kyodo.
***
Sang hakim menambahkan, tahap rehabilitasi menuju kehidupan normal adalah tahap yang sulit, begitu informasi terposting dan terbagi di internet. Untuk itu, hakim berpendapat, Google, atau penyedia layanan internet harus mempertimbangkan penghapusan konten tersebut.
Atas putusan tersebut, Google dilaporkan mengajukan banding ke pengadilan tingkat selanjutnya. Meski media setempat melaporkan informasi pria tersebut tak lama lagi akan dihapus dari mesin pencarian Google.
Keputusan pengadilan Saitama meneruskan tren yang muncul Uni Eropa. Di Benua Biru itu, sejak Mei 2014 lalu, memungkinkan warganya bisa mengajukan penghapusan informasi yang dianggap tak relevan dan sudah usang dalam hasil pencarian. Hak tersebut dikenal sebagai 'hak untuk dilupakan' dari hasil pencarian.
Keputusan pengadilan Saitama, sebenarnya telah diketuk pada Desember tahun lalu, namun baru muncul setelah pengungkapan dokumen pengadilan, belum lama ini.
Sebulan sebelum keputusan tersebut, pengadilan di Tokyo, menjadi lembaga peradilan pertama di Jepang, yang mengeluarkan perintah ke Google untuk menghapus hasil pencarian yang berkaitan dengan penangkapan ahli gigi karena praktik ilegal.
Pengadilan Tokyo, sebulan sebelumnya, juga mengeluaran perintah penghapusan yang sama ke Google, menyusul keluhan seorang pria atas artikel tentang catatan kriminalnya di masa lalu.
Sementara itu, platform mesin pencarian yang lainnya, Yahoo Jepang mengatakan pada tahun lalu mereka mematuhi permintaan penghapusan informasi dari hasil pencarian. Informasi yang dihapus Yahoo Jepang meliputi itu nomor telepon, atau kejahatan ringan yang dilakukan tahun sebelumnya. (asp)