Ini Dua Jenis Aset yang Mesti Anda Ketahui

Tas mewah
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id - Anda tentu sudah tidak asing dengan kata “aset”. Aset merupakan salah satu alternatif dalam berinvestasi. Sesuatu dikatakan aset apabila nilainya dapat meningkat seiring berjalannya waktu.

Meski begitu, aset pun memiliki sisi lain. Bila Anda tidak bisa memanfaatkannya secara maksimal, maka bukan tidak mungkin kerugian akan melanda Anda.

Banyak orang mengatakan bahwa salah satu cara untuk mendapatkan kesejahteraan hidup adalah dengan menumpuk aset sebanyak mungkin. Ya, itu bisa jadi benar. Sayangnya, tidak semua aset berbuah keuntungan di kemudian hari.
 
Tentunya, bila Anda tidak mau mengalami kerugian, maka ada baiknya Anda memilih aset yang tepat. Tepat memilih aset bisa menjadi salah satu kunci terbaik bagi Anda mendapatkan kesejahteraan hidup.
 
Oleh sebab itu, bicara mengenai aset berarti bicara mengenai sesuatu hal yang tidak main-main. Aset di sisi lain merupakan tambahan pengeluaran. Bila Anda tidak bijak saat menggunakannya, maka aset bisa menjadi beban.
 
Secara umum, ada dua jenis aset. Ada yang memiliki potensi mendatangkan keuntungan besar. Ada pula yang malah bisa membuat beban finansial bagi keuangan Anda.
 
Sebelum mulai “mengumpulkan” aset, ada baiknya anda mengetahui jenis aset yang menguntungkan sebagai produk investasi.
 
 
1. Aset konsumtif
 
Aset konsumtif merupakan salah satu jenis aset yang nilainya tidak akan naik. Sebaliknya, dia cenderung turun. Berkurangnya nilai aset dikarenakan depresiasi (penyusutan). Produk atau barang yang biasa Anda gunakan untuk keseharian sebagian besar tergolong sebagai aset konsumtif.
 
Sederhananya, sesuatu yang digunakan rutin untuk menunjang aktivitas sehari-hari akan turun nilainya. Aset jenis ini "memakan" nilai uang yang sudah Anda investasikan sejak awal. Biasanya hal ini tidak bisa Anda hindari.
 
Faktor-faktor seperti kerusakan, berubah bentuknya sebuah aset, dan lain sebagainya merupakan beberapa hal yang menyebabkan depresiasi suatu aset.
 
Contoh aset seperti ini, yaitu kendaraan bermotor (mobil/motor), tas, jam, dan lain sebagainya yang secara periodik akan berkurang nilainya. Namun, meski tergolong aset konsumtif, masih banyak orang yang tertarik "menumpuk" mobil di dalam ruang garasinya. Di dalam pikiran mereka, mobil merupakan salah satu jenis aset produktif yang suatu saat nilainya akan naik.
 
Padahal, dimanapun juga, namanya aset konsumtif, semakin lama nilainya akan semakin turun. Ya, memang sudah banyak yang mengetahui hal ini, namun masih sedikit yang "sadar". Mereka belum bisa mengontrol diri dan cenderung mengikuti gaya hidup konsumtif.
 
 
2. Aset produktif
 
Ini merupakan aset yang biasanya diincar oleh para investor. Aset produktif memiliki karakter yang unik dibanding aset konsumtif. Meski begitu, pada kenyataannya, ada sebagian barang yang tergolong aset konsumtif sekaligus aset produktif.
 
Apabila aset yang masuk dalam kategori konsumtif, namun seiring berjalannya waktu aset tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang lebih, maka aset tersebut secara otomatis berubah menjadi aset produktif.
 
Misalnya, bila Anda membeli mobil, dengan cicilan sejumlah tertentu. Mobil tersebut Anda gunakan untuk berbisnis rental mobil dan hasilnya melebihi cicilan. Maka mobil tersebut bukan lagi menjadi aset konsumtif, melainkan menjadi aset produktif.
 
Aset produktif lain yang masuk dalam kategori "direkomendasikan" hingga saat ini, yaitu properti. Membeli properti atau rumah tinggal sangat relevan dengan teori supply dan demand.
 
Bila Anda perhatikan, semakin lama, semakin sedikit ketersediaan lahan. Hasilnya, lahan yang ada tidak cukup menampung banyaknya permintaan. Otomatis, harga akan naik seiring berjalannya waktu.
 
 
Oleh sebab itu, membeli rumah dengan metode mencicil merupakan salah satu hal yang masih direkomendasikan. Hal ini dikarenakan nilai aset properti dipastikan akan mampu mengalahkan jumlah cicilannya.
 
Miliki aset produktif dibanding konsumtif!
 
Jadi, sudah tahu mana aset konsumtif dan aset produktif? Mau pilih yang mana? Kalau Anda ingin menabung sembari "bergaya", maka ada baiknya memilih aset konsumtif, namun diubah menjadi produktif seperti yang sudah disebutkan di atas.
 
Misalnya saja mobil. Anda bisa membeli mobil, selanjutnya sewaktu-waktu anda sewakan mobil tersebut. Selain itu. Anda juga bisa membeli motor baru, lalu sewakan motor tersebut kepada tukang ojek.
 
Tidak cuma kendaraan, tas bermerek pun sudah bisa disewakan kepada para wanita sosialita. Jadi, lebih baik memiliki aset produktif kan?
 
Baca Juga: Lima Masalah Keuangan yang Wajib Diketahui Fresh Graduate