Teliti Ekosistem Bekas Tambang, Indocement Rogoh Rp518 Juta
Jumat, 26 Februari 2016 - 11:09 WIB
Sumber :
- Antara/ M Agung Rajasa
VIVA.co.id - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, merogoh kocek tebal untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat umum melakukan penelitian, terkait keanekaragaman hayati di area bekas tambang.
Perlombaan penelitian di area bekas tambang ini bertajuk quarry live awards (QLA) 2016, dengan total hadiah 35 ribu euro, atau setara Rp518,17 juta.
Baca Juga :
Corporate Secretary Indocement Tunggal Prakarsa, Sahat Panggabean, mengatakan QLA 2016 merupakan inisiasi dari Heidelberg Group untuk memberi kesempatan penelitian bagi masyakat umum bersumbangsih pemikirannya di area pertambangan milik Indocement.
"Lokasinya sendiri ditentukan di Indonesia, yakni keanekaragaman hayati di lokasi bekas tambang (quarry) di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor," kata Sahat dalam dialog tinjauan wartawan Jawa Tengah di Indocement Tunggal Prakarsa, Bogor, Jumat 26 Februari 2016.
Sahat menjelaskan, penelitian tersebut bertujuan untuk mempromosikan ekologi di pertambangan, dalam rangka meningkatkan kesadaran nilai biologis lokasi tambang.
Selain itu, juga mempromosikan proyek lingkungan dengan fokus pada pertambangan berwawasan lingkungan dan hayati.
"Kegiatan ini sebenarnya tak hanya di Indonesia saja, tetapi simultan di 22 negara dunia. Hadiah yang kami siapkan mencapai 35 ribu euro," ujar Sahat.
Adapun, titik berat dan topik penelitian ini adalah seputar habitat dan spesies area tambang usai eksplorasi, pelestarian lingkungan, dan peningkatan kepedulian terhadap keanekaragaman hayati (biodiversitas), hingga pelibatan masyarakat di dalamnya.
Tim Juri QLA yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Ani Mardiastuti, mengatakan penelitiaan QLA ini merupakan event kedua, setelah sebelumnya digelar di komplek pabrik Palimanan tahun 2014.
Seluruh elemen masyarakat, mulai dari pelajar, mahasiswa, akademisi, sampai tingkat profesor di perguruan tinggi terbuka untuk penelitian ini.
"Nantinya, akan diambil lima pemenang yang akan dikompetisikan di ajang international di Asia. Lima proposal terbaik ini akan mendapat kesempatan penelitian intensif selama satu bulan," kata perempuan yang juga pendiri Nata Samastha ini.
Selain Ani, empat juri lain yang terlibat antara lain Agus Priyono Kartono (IPB), Sri Andayani (Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango), Wahyu Prihatini (Ahli Biologi Universitas Pakuan), serta Sahat Panggabean. (asp)