Gagasan Jam Kiamat Dikritik Keras
- RT
VIVA.co.id – Akhir Januari lalu, ilmuwan yang tergabung dalam Bulletin of the Atomic Scientists telah menetapkan waktu jam kiamat terbaru.
Dalam pengumumannya di National Press Club, Washington DC, akhir bulan lalu, kelompok peneliti penggagas Jam Kiamat menetapkan waktu Jam Kiamat masih tetap, tiga menit sebelum tengah malam, sama seperti waktu Jam Kiamat yang ditetapkan pada 2015.
Istilah Jam Kiamat ini menggunakan penggambaran kiamat dengan ditandai tengah malam, serta idiom ledakan nuklir yang diwakili dengan perhitungan mundur ke angka nol. Tujuan Jam Kiamat ini adalah menyampaikan ancaman nyata terhadap kemanusiaan yang bakal terjadi di bumi.
Namun, gagasan Jam Kiamat itu dipertanyakan efektivitasnya dalam menyadarkan penduduk bumi atas ancaman di atas. Ada ahli yang menyebutkan Jam Kiamat bukan alat yang tepat untuk memobilisasi orang atas perubahan lingkungan.
"Saya tak berpikir menggunakan retorika kehancuran total dunia membantu kita bekerja keras mendiskusikan kesulitan dan kesusahan masalah dalam sebuah demokrasi," kata Katherine Pandora, peneliti ilmu sejarah Universitas Oklohama, Amerika Serikat, dikutip dari Live Science, Kamis 25 Februari 2016.
Pandora berpendapat, pemberlakukan waktu Jam Kiamat itu malah bisa kontraproduktif dalam upaya menyadarkan orang untuk peduli dan melakukan tindakan mencegah ancaman bagi dunia.
Menurutnya, hal yang prinsip dan penting, yaitu menghadirkan otoritas yang bisa menyatakan keadaan darurat. Tambahnya, cara itu lebih efektif untuk mendapatkan perhatian orang dan cukup tegas untuk menjadi landasan pengambilan tindakan.
"Meminta generasi orang dengan rasa darurat terus menerus adalah kontraproduktif," kata dia.
Pandora menuturkan, efek yang tak diinginkan dari Jam Kiamat itu bisa menghambat dan merusak hubungan antara ahli dan non ahli.
Kritikan atas Jam Kiamat juga dilontarkan Anders Sandberg, pakar filsafat dari Future of Humanity Institute Universitas Oxford, Inggris.
Sandberg mengatakan, Jam Kiamat telah begitu 'keruh', karena membawa ancaman yang berdasarkan bahaya nuklir. Padahal, ancaman dunia juga bisa muncul dari rekayasa genetika dan terorisme siber dan lainnya.
"Ini bukan ukuran yang tepat dan itu juga menggabungkan beberapa hal. Mungkin jauh lebih mudah ketika mereka mulai, kemudian saat itu hanya perang nuklir. Tapi sejak itu, kita memperoleh risiko eksistensial lainnya," ujarnya.
Sandberg mengatakan, dengan fokus mengingatkan bahaya dengan nuklir dianggap bukan strategi efektif untuk memperbaiki masalah. Ia menambahkan, pemecahan pengembangbiakan nuklir juga dikatakan cukup rumit.
Dia juga mengkritik pembuat Jam Kiamat tidak menjelaskan secara jelas perkiraan risiko numerik. Pembuat Jam Kiamat itu tak menjelaskan bagaimana faktor risiko potensial masa depan, misalnya kecerdasan buatan dan lainnya.
"Tanpa perlindungan yang tepat, mungkin sangat berbahaya. Dengan pengamanan yang tepat, mungkin sebaliknya, itu mungkin hal terbaik yang bisa Anda bayangkan," kata Sandberg.
Diketahui, Bulletin of the Atomic Scientists merupakan kelompok yang melahirkan istilah Jam Kiamat. Kelompok ini didirikan pada 1945 oleh ilmuwan Universitas Chicago, Amerika Serikat, yang membantu mengembangkan senjata atom pertama dalam Proyek Manhanttan.
Nama tim ilmuwan universitas itu berubah menjadi Bulletin of the Atomic Scientists dan pada 1947 menciptakan Jam Kiamat.
Istilah Jam Kiamat ini menggunakan penggambaran kiamat dengan ditandai tengah malam, serta idiom ledakan nuklir yang diwakili dengan perhitungan mundur ke angka nol. Tujuan Jam Kiamat ini adalah menyampaikan ancaman nyata terhadap kemanusiaan yang bakal terjadi di bumi. (asp)