24-2-1991: AS Luncurkan Operasi Darat dalam Perang Teluk

Mantan Presiden Irak, Saddam Husein
Sumber :
  • REUTERS/Nikola Solic

VIVA.co.id – Hari ini, 25 tahun yang lalu pasukan koalisi pimpinan AS melancarkan invasi darat mereka di Irak. Operasi darat dilakukan setelah selama enam minggu AS dan koalisinya terus melakukan pemboman di Negeri Seribu Satu Malam tersebut.

Dilansir dari laman History, serangan darat ke Irak bermula dari pendudukan Irak ke Kuwait. Tanggal 2 Agustus 1990, Irak menginvasi Kuwait dan dalam hitungan jam telah menduduki posisi paling strategis di negara tersebut. Berdalih membela Kuwait, satu pekan kemudian AS meluncurkan Operasi Perisai, yakni operasi pertahanan Amerika yang dilakukan dari Arab Saudi. AS mengumpulkan pasukannya di Teluk Persia dan memulai Operasi Perisai dari sana.

Tiga bulan kemudian, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi, isinya memberikan otorisasi penggunaan kekuatan kepada AS dan Koalisi Internasional untuk membuat Irak keluar dari Kuwait. Resolusi itu memberikan ultimatum hingga tanggal 15 Januari 1991. Irak bergeming.

Tepat pada 16 Januari 1991, pukul 04.30 waktu setempat, Operasi Badai Gurun, sebuah gerakan ofensif besar-besaran untuk melawan Irak, yang dipimpin AS , dimulai. Operasi ditandai dengan peluncuran pesawat tempur pertama mereka dari Arab Saudi. Sepanjang malam, pesawat dari koalisi militer pimpinan AS mengalahkan target di sekitar Baghdad.

Operasi Badai Gurun dilakukan oleh Koalisi Internasional di bawah komando AS, Jenderal Norman Schwarzkopf dan pasukan unggulan dari 32 negara, termasuk Inggris, Mesir, Prancis, Arab Saudi, dan Kuwait. Selama enam minggu ke depan, kekuatan sekutu terlibat dalam perang udara besar-besaran terhadap militer Irak dan infrastruktur sipil.

Pasukan darat Irak tak berdaya dalam perang ini. Pemimpin Irak Saddam Husein mencoba membalas dengan meluncurkan rudal terhadap Israel dan Arab Saudi. Husein berharap serangan tersebut akan memprovokasi Israel untuk memasuki konflik. Namun, atas permintaan Amerika Serikat, Israel memilih diam.

Pada tanggal 24 Februari, serangan Koalisi Internasional melalui jalur darat dilakukan secara besar-besaran dimulai. Irak yang bersenjatakan peralatan seadanya akhirnya kewalahan. Hanya sehari, namun serangan Koalisi Internasional mematikan langkah Irak.

Di penghujung hari, sebanyak 10.000 tentara Irak dijadikan tawanan dan sebuah pangkalan udara AS didirikan di negara tersebut. Tak sampai empat hari, Kuwait dibebaskan dan tentara Irak menyerah kepada koalisi. Tanggal 28 Februari, Presiden AS, George Bush mengumumkan gencatan senjata dan Irak berjanji untuk menghormati koalisi serta perjanjian damai dengan PBB.