Rumpun Masyarakat Betawi Temui Wakil Ketua MPR

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan
Sumber :

VIVA.co.id – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menerima kedatangan Ketua Rumpun Masyarakat Betawi Nur Ali selaku bersama beberapa rekannya yang lain untuk silaturahim di Lt. 9, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Jumat, 19 Februari 2016.
 
Kepada Hidayat Nur Wahid, Nur Ali mengungkapkan bahwa organisasi Rumpun Masyarakat Betawi telah didirikan enam tahun yang lalu. Pria yang menggunakan peci berwarna hitam itu mengatakan, salah satu tujuan organisasi yang mempunyai kantor di Condet, Jakarta Timur, itu dibentuk adalah untuk menepis stigma bahwa masyarakat Betawi adalah masyarakat yang arogan.
 
Nur Ali dalam kesempatan itu juga mengutarakan bahwa kedatangannya bersama pengurus yang lainnya adalah meminta Hidayat Nur Wahid menjadi pembina Rumpun Masyarakat Betawi. “Ya sebagai pengarah, memberi arahan kepada organisasi ini,” ujar Nur Ali.
 
Kedatangan Nur Ali beserta yang lain disambut dengan ramah oleh Hidayat Nur Wahid. “Selamat datang,” sapanya. Menanggapi apa yang dikatakan oleh Nur Ali bahwa masayarakat Betawi adalah arogan ditepis Hidayat Nur Wahid.

“Saya menangkap kesan bahwa masyarakat Betawi tak arogan,” papar pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.
 
Dirinya mengatakan demikian sebab sejak tahun 1993 telah tinggal di Jakarta dan berada di lingkungan orang-orang Betawi. Diungkapkan bahwa dirinya sudah biasa berhubungan dengan orang Betawi baik di lingkungan tempat tinggalnya maupun di partai yang menaungi dirinya, PKS.
 
Menurut Hidayat Nur Wahid, bila ada organisasi yang aneh-aneh itu bukan karena Betawinya. Diharapkan nama Betawi jangan dikesankan seram-seram. Dirinya justru menyebut masyarakat Betawi adalah masyarakat yang terbuka dan apa adanya. Diharapkan organisasi masyarakat yang ada mampu memperkuat persatuan. “Saya yakin bahwa organisasi dibentuk bukan untuk melanggar hukum,” pujarnya.
 
Dicontohkan keterbukaan masyarakat Betawi terhadap kaum pendatang terbukti di Jakarta banyak nama kampung berdasarkan suku, seperti Kampung Melayu, Kampung Arab, Kampung Ambon, Kampung Bali, Kampung China, Kampung Jawa, dan lain sebagainya. “Masyarakat Betawi masyarakat yang menerima kedatangan dari berbagai pihak sehingga Jakarta menjadi beragam,” ujarnya.
 
Dalam kesempatan itu Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa dirinya yakin bahwa seluruh warga Jakarta mendukung penertiban lokalisasi pelacuran Kalijodo, Jakarta. Namun ditegaskan oleh dirinya penertiban lokalisasi pelacuran tidak hanya di Kalijodo namun di seluruh tempat yang ada sebab pelacuran tidak sesuai dengan norma apapun, baik agama maupun norma masyarakat.

“Pelacuran tidak sesuai dengan norma hukum apapunnya. Tak hanya itu, penertiban lokalisasi di satu sisi tidak boleh diiringi dengan rencana mendirikan lokalisasi di tempat yang lain. Kita harus membantu upaya untuk menciptakan Jakarta yang lebih baik,” kata Hidayat Nur Wahid. (rin)