Laba Bersih Bank Permata Anjlok 84%

Bank Permata.
Sumber :
  • en.indonesiafinancetoday.com

VIVA.co.id - PT Bank Permata Tbk mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp247 miliar pada tahun 2015, anjlok 84 persen dari 2014.

"(Penurunan ini) didorong oleh peningkatan yang signifikan dalam biaya provisi," kata Direktur Utama Bank Permata, Roy Arfandy, di Jakarta, Kamis 18 Februari 2016.

Beban pencadangan atau provisi pada tahun 2015, naik 212 persen secara tahunan menjadi Rp3,68 triliun. Kenaikan ini disebabkan oleh kredit komersial dari berbagai sektor industri.

Sebagai upaya untuk memperkuat tingkat permodalan bank, Bank Permata akan menawarkan saham baru sebesar Rp5,5 triliun. Penawaran ini akan dilakukan pada semester I 2016.

"Ini sebagai upaya untuk memperkuat tingkat permodalan untuk mendukung bisnis di masa depan dan ketaatan terhadap ketentuan terbaru Basel III," katanya.

Roy mengatakan bahwa pada tahun 2015 rasio kecukupan modal bank naik 142 basis points dari 13,6 persen pada 2014 menjadi 15 persen pada 2015. Lalu, ekuitas bank tumbuh sepuluh persen jadi Rp18,8 triliun pada akhir Desember 2015.

Situasi sulit

Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Permata, Sandeep Jain, mengatakan bahwa tahun 2015 merupakan situasi yang sulit bagi perbankan. Ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh perbankan, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat konsumsi, serta ketidakpastian geopolitik dan ekonomi makro.

Kondisi ekonomi makro tersebut berdampak pada kualitas aset bank ini. Rasio kredit bermasalah (non performing loan) secara gross dan net masing-masing naik dari 1,7 persen dan 0,63 persen pada tahun 2014 menjadi 2,4 persen dan 1,4 persen pada 2015.

"(Kenaikan angka ini) didorong oleh penurunan kredit komersial di berbagai sektor industri," kata Sandeep di tempat yang sama.

Sementara total aset Bank Permata per 31 Desember 2015 sebesar Rp183 triliun atau turun satu persen secara tahunan. Penurunan ini didorong oleh penurunan kredit sebesar tiga persen menjadi Rp128 triliun pada 2015.

"Penurunan ini terjadi terutama dalam segmen UKM (Usaha Kecil Menengah) dan pinjaman dalam mata uang asing," katanya.