Bos Perusahaan Teknologi Beri 'Wejangan' Pemimpin ASEAN
- KJRI Los Angeles
VIVA.co.id – Para Chief Executive Officer (CEO) dari perusahaan teknologi global beri wejangan kepada para pemimpin negara yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-US Summit. Bos teknologi yang dimaksudnya, yakni CEO Microsoft, Satya Nadella; CEO IBM, Ginni Rometty dan CEO Cisco Chuck Robbins.
Pertemuan bos-bos teknologi dengan para pemimpin negara ini berlangsung pada sesi II Reatreat I, yang dilaksanakan di Interactive Gallery, Sunnylands Center & Gardens, California, Amerika Serikat, Senin, 15 Februari 2016 waktu setempat. Bos teknologi tersebut hadir untuk memenuhi undangan dari Presiden Amerika Serikat Barrack Obama.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi yang turut hadir dalam pertemuan tersebut menyambut dengan hangat. Disampaikannya, ketiga CEO perusahaan teknologi itu memberikan pandangan isu inovasi dan kewirausahaan.
"Pandangan dari tiga CEO itu, di antaranya menekankan pentingnya penggunaan teknologi untuk melakukan lompatan bagi pemerintah sehingga dapat melayani masyarakat dengan lebih baik serta dapat meningkatkan perekonomian," ungkap Retno melalui keterangan tertulisnya melalui Tim Komunikasi Presiden, Rabu, 17 Februari 2016.
Mantan Dubes RI untuk Belanda itu, mengungkapkan Nadella, Rometty, dan Robbins mengungkapkan soal pentingnya arti kemitraan yang dijalin antara pemerintah dengan swasta dalam bentuk Public Private Partnership (PPP). Selain itu juga, para CEO tersebut memandang penting regulatory environment.
Melanjutkan pemaparan ketiga CEO tersebut, Presiden AS secara khusus memberikan pandangan yang diambil dari pernyataan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), kalau teknologi harus dapat memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan dapat mempersempit kesenjangan pembangunan.
Pada intinya, teknologi harus bermanfaat bagi rakyat. Tentunya agar teknologi bermanfaat bagi rakyat maka masalah pendidikan sangat penting artinya
Potensi ekonomi digital Indonesia
Menyambung soal pembangunan tersebut, saat ini Indonesia mempunyai potensi besar di bidang ekonomi digital. Pada 2014, tercatat transaksi e-commerce Indonesia mencapai US$12 miliar. Artinya, Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari 2013 yang berada pada posisi US$ 8 miliar. Diprediksi mencapai US$ 24.6 milyar pada 2016.
"Indonesia memiliki aset untuk mendongkrak industri digital. Antara lain jumlah kelas menengah yang terus meningkat, akses yang lebih besar terhadap teknologi, termasuk smartphone serta populasi pemuda yang sangat progresif. Ratusan startup tumbuh dalam beberapa tahun terakhir dan terus berkembang," ujar Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana.
Tahun ini, pemerintah Indonesia telah meluncurkan peta jalan E-commerce Nasional untuk menyasar transaksi jual beli online pada 2020 yang diprediksi mencapai US$130 miliar, sehingga nantinya Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia tenggara.
Pada 2020 juga, Indonesia berkeinginan dalam menciptakan 1000 pengusaha teknologi dengan nilai bisnis US$10 miliar pada 2020.
"Ini adalah langkah langkah besar untuk mendorong inovasi teknologi sehingga bermanfaat bagi rakyat," ungkap Ari.