Terjerat Pesona Dieng Plateau

Telaga Warna di dataran tinggi Dieng.
Sumber :
  • ANTARA/Oky Lukmansyah
VIVA.co.id - Wisata Dieng Plateau sebetulnya tidak masuk dalam agenda saya saat mengisi waktu libur di akhir Januari 2016 lalu. Tujuan utama saat itu, tentu saja, kampung halaman di kota kecil Purworejo. 

Satu dua hari saya sungguh menikmati acara pulang kampung ini. Namun kebosanan melanda kala tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Saat itulah terbersit wisata Dieng Plateau di Wonosobo, kota yang hanya dua jam dari Kabupaten Purworejo.

Awalnya memang tidak terlalu tertarik, lantaran khawatir perjalanan yang jauh dan jalan yang macet. Namun perjalanan membosankan yang sempat dikhawatirkan tidak terbukti. Udara sejuk dan memandangan indah memanjakan mata sepanjang jalan yang banyak ditumbuhi pohon albasiah. 

Jalan yang menghubungkan dua kota ini pun tidak seramai yang diduga, bahkan cenderung sepi. Berangkat dari Purworejo pukul 07.00 WIB, kami tiba di gapura 'Selamat Datang di Kabupaten Wonosobo Asri' sekira pukul 09.00 WIB.

Lepas dari gapura selamat datang, kami disajikan pemandangan perkebunan kentang dan buah khas Wonosobo, carica, yang tertata rapi. Dari sini jalanan mulai menanjak. Mirip kawasan Puncak di Jawa Barat. Pembedanya hanya jenis tananam di kiri kanan jalan. Jika di Puncak didominasi hamparan kebun teh, Wonosobo lebih didominasi aneka tanaman perkebunan yang tampak berundak-undak.

Setelah 30 menit menelusuri jalan berliku, sampailah kami di Dieng Plateu Area. Kawasan wisata yang menjadi andalan Provinsi Jawa Tengah ini menawarkan 37 objek yang merupakan gabungan keindahan panorama alam dan keagungan budaya, peninggalan masa lalu. Bahkan penduduk setempat meyakini kawasan wisata ini sebagai tempat tinggal para dewata. Inilah yang menambah nilai Dieng Plateu.

Wisatawan tinggal memilih menikmati sejarah dan keindahan candi yang terdiri dari Candi Arjuna, Gatotkaca, Bima, Dwarawati, atau wisata kawah Sikidang, Sileri, Candradimuka, dan Sikendang.

Pilihan lain wisata telaga yakni Telaga Warna, Pengilon, Merdada, Balekambang, Dringo, Cebong, Swiwi, dan Menjer. Ada pula wisata gua, yakni Gua Jimat, Semar, Jaran, Sumur Jalatunda,  dan Bimo Lukar.

Dieng juga memiliki wisata sumber air panas Sirawe,  air terjun Sirawe, Sikarim, dan Seloka. Kini juga dikembangkan agrowisata Tambi dan obyek wisata buatan yang dibangun untuk menunjang aktivitas pariwisata di kawasan tersebut, seperti Dieng Plateau Theater, Museum Kailasa, Gardu Pandang Tieng. Obyek wisata lainnya adalah Ondo Budho, Gunung Sikunir, Tuk Bimo Lukar, Watu Kelir dan Pemandian Air Panas Bitingan.

Tentu saja eksplorasi wisata ini tidak bisa dilakukan dalam sehari. Wisatawan bisa memilih obyek wisata yang diminatinya dengan membayar Rp10.000 per orang untuk masing-masing obyek. Saya sendiri hanya sanggup mengeksplorasi tiga lokasi.

Candi Arjuna

Tempat pertama yang saya pijak adalah Candi Arjuna. Kompleks candi ini tampak hijau royo-royo. Candi Arjuna merupakan salah satu kawasan yang paling ramai dikunjungi wisatawan. Ini, lantaran posisinya yang berada dekat pintu masuk, membuat mereka yang datang langsung terpana dengan keindahannya. 

Di kompleks Candi Arjuna ini terdapat empat bangunan utama candi dan satu candi pendamping. Sebelum memasuki kompleks Candi Arjuna kita disambut dengan area Darmasala yang menyelip di antara pepohonan pinus. 

Di kawasan ini terdapat batu-batu yang tertata rapi membentuk satu fondasi rumah tinggal. Konon di sinilah dahulu para brahmana mengabdikan hidup mereka. Kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai tempat menyambut tamu.


Pemandangan di Candi Arjuna. Foto: Dok. Chaesar Deddy Nugroho.

Di kompleks Darmasala ini terdapat dua fondasi rumah yang berada di samping kiri dan kanan lengkap dengan yoni dan lingganya. Tidak jauh dari kompleks Darmasala ini tampak berdiri Candi Arjuna.

Meski dibangun sejak abad 9 Masehi, bangunan Candi Arjuna terlihat sempurna, dengan pucuk candi yang berbentuk Padma atau sering disebut juga bunga teratai. Candi Arjuna berukuran 6 x 6 meter dan menghadap ke arah barat. Pada pintu masuk dan relung-relungnya dihiasi kala makara. Atap candi berjenjang dengan menara-menara kecil di setiap sudut.

Di dalam candi arjuna terdapat air suci menggenang di dalam yoni. Konon air suci itu tak pernah habis meskipun di musim kemarau. Entah datang dari mana mata air suci tersebut. Tapi sampai sekarang masih dianggap sakral oleh masyarakat sekitar.

***

Kawah Sikidang

Kawah Sikidang merupakan kawasan 'wajib' para wisatawan yang berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Dari depan gerbang pintu masuk kawasan wisata ini sudah tercium aroma belerang menyengat. Sejumlah pedagang masker biasanya akan langsung menawarkan barang dagangannya. Salah "Biar aman, di dalam aroma belerangnya menyengat," kata salah satu pedagang.

Kata-kata pedagang ini memang bukan bualan. Bagi yang tak terbiasa, begitu masuk kawasan ini jangan kaget jika tiba-tiba dada terasa sesak dan sulit bernafas. Tidak seperti kawasan Candi Arjuna yang hijau dan sejuk, bahkan jika malam suhu bisa mencapai minus 4, di kawasan kawah Sikidang sinar matahari terasa menyengat meski angin yang bertiup terasa dingin.

Namun tak sedikit pun wisatawan yang berkunjung menyurutkan niatnya. Mereka tetap bersemangat menuju puncak kawah yang kepulan asapnya terlihat dari kejauhan.


Kawah Sikidang. Foto: VIVA.co.id/Lutfi Dwi Puji Astuti

Butuh tenaga ekstra untuk menuju ke kawah karena jalanan yang menanjak sejak pintu gerbang. Saya sendiri sempat putus asa dan ingin mengurungkan niat. Namun rasa penasaran mengalahkan keinginan turun.

Tiba di atas terlihat didihan kawah bagai lumpur kelabu. Aroma belerang kian menyengat. Namun segala upaya terbayarkan dengan keindahan kawah yang menakjubkan. Kawah Sikidang tampak dipagari oleh bukit dan gunung. Hijaunya pegunungan ini ditingkahi warna putih batuan belerang, sehingga semakin memesona.

Tak hanya itu keistimewaan Sikidang. Lewat situs Dieng Plateu, konon kawah ini juga menyimpan cerita legenda. Kawah yang terus aktif dengan lava berwarna kelabu yang terdapat di kawah sikidang selalu bergolak dan munculnya berpindah-pindah, bahkan melompat seperti seekor kidang atau kijang.

Menurut cerita turun-temurun di masyarakat Dieng, terjadinya kawah Sikidang berawal dari kisah ratu cantik bernama Shinta Dewi yang akan dilamar pangeran tampan dan kaya raya, Kidang Garungan.

Singkat cerita, Ratu Shita mengajukan syarat lamaran, yakni dibuatkan sebuah sumur. Saat sumur digali pangeran Kidang Garungan, Shinta dan pengawalnya berusaha menimbun sang Pangeran yang ternyata tidak setampan yang dibayangkan. Namun sebelum sang pangeran tertimbun, ia sempat  mengeluarkan kesaktiannya hingga sumur itu panas dan meledak-ledak dan mengutuk Ratu Shinta dan keturunannya kelak akan berambut 'gembel' atau gimbal. Sampai kini orang-orang berambut 'gembel' masih dijumpai di sekitar Wonosobo. Mereka diyakini sebagai keturunan Ratu Shinta.

Seperti halnya Candi Arjuna, Kawah Sikidang juga merupakan obyek wisata yang paling diminati di Dieng Plateau.

Telaga Warna

Lokasi ketiga yang dikunjungi adalah kawasan wisata Telaga Warna. Lokasinya juga tak jauh dari Kawah Sikidang dan Komplek Candi Arjuna. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di telaga indah ini dari Kawah Sikidang.

Masuk ke dalam area Telaga Warna terasa seperti memasuki sebuah taman dengan jalan setapak yang dihias bunga-bunga. Semakin masuk ke dalam seperti berada di hutan. Namun tidak jauh dari pintu masuk, Telaga Warna yang indah langsung menyambut. Airnya berwarna hijau, dan sebagian lainnya terlihat berwarna biru. 

Keindahan Telaga Warna Dieng dengan pancaran warnanya memang begitu melegenda. Pesona Telaga Warna tak pernah redup ketika sang mentari memancarkan cahayanya.


Pemandangan di Telaga Warna. Foto: VIVA.co.id/Lutfi Dwi Puji Astuti

Menurut cerita pengelola Telaga Warna, Irin, dalam catatan sejarah, sejak tahun 1901 sudah banyak wisatawan asing dari Eropa, terutama Belanda, yang mengabadikan pesona dokumentasi Telaga Warna Dieng, terutama jika dipotret dari Bukit Sidenngkeng.

"Telaga Warna ini bisa disebut ikonnya wisata Dieng, sebagai tempat yang paling dipuji wisatawan," katanya.

Uniknya di tengah kawasan telaga warna ini terdapat gua-gua alam dengan aura mistis yang melekat kental. Irin juga menjelaskan, setiap Agustus, selalu digelar acara yang sudah turun menurun, yakni memotong rambut 'gembel'.

Cerita Irin tentu saja membuat setiap wisatawan yang pernah berkunjung ke Dieng penasaran, ingin kembali lagi dan mengeksplorasi lebih banyak tempat wisata di kawasan Dieng Plateu. (umi)