BMKG: Modifikasi Cuaca Saat GMT Itu Tak Cucok

Gerhana Matahari
Sumber :
  • ANTARA/Fikri Yusuf

VIVA.co.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi cuaca pada saat Gerhana Matahari Total (GMT) yang jatuh pada 9 Maret 2016. Lembaga pemprediksi cuaca itu menyebutkan datangnya fenomena langka yang akan dilewati 350 tahun lagi itu akan diselimuti hujan ringan di beberapa kota dari 12 provinsi yang akan dilalui GMT.
 
BMKG mengatakan dari 12 provinsi, terdapat tujuh kota yang dilalui GMT, yakni Bengkulu, Palembang, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Balikpapan, Palu dan Ternate. Sementara cuaca cerah di Bengkulu, Palembang, Samarinda, dan Palu. Kemudian cuaca berawan hingga hujan di Tanjung Pandan, Pangkalan Bun dan Ternate.
 
Menanggapi kemungkinan kota yang diprediksi hujan bisa ‘diselamatkan’ dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), peneliti senior Klimatologi BMKG, Yunus Subagyo Swarinoto, mengatakan bahwa itu mustahil untuk dilakukan.
 
“Jadi modifikasi itu memang bisa dilakukan untuk skala mikro, skala mikro itu kawasan tertentu. Misalkan di atas Waduk Jatiluhur. Tapi, kalau dari Bengkulu sampai Ternate, mau berapa pesawat dikerahkan untuk modifikasi?” jelas Yunus kepada VIVA.co.id saat konferensi pers di Gedung BMKG, Jakarta Pusat, Kamis, 11 Februari 2016.
 
Selain itu, yang menyebabkan mengapa tidak perlunya TMC, yaitu total waktu untuk GMT yang hanya tiga hingga empat menit. Sedangkan TMC jika diterapkan pada Gerhana Matahari Sebagian, mencapai dua jam, juga tergolong lama.

“Dengan itu gak cucok, kalau modifikasi cuaca,” tuturnya. (one)