Telkom Beberkan Serangan Balik ke Netflix Dkk

Ilustrasi Netflix
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id –  Perusahaan telekomunikasi plat merah, Telkom, mengakui pemblokiran yang dilakukannya terhadap Netflix. Telkom mengatakan hal tersebut dilakukan salah satunya untuk menjaga hubungan antara operator dengan penyedia layanan dikategorikan Over the Top (OTT). Alasan yang lebih mendasar, kata Telkom,  yaitu terkait masalah kedaulatan, baik itu di sisi pengelolan jaringan atau mematuhi regulasi di sebuah negara. OTT adalah pemain yang identik sebagai pengisi pipa data milik operator.

Dikatakan Direktur Konsumer Telkom, Dian Rachmawan, sebagai sebuah perusahaan OTT, Netflix dinilai tidak mengerti pasar Indonesia dengan baik. Bahkan perusahaan itu disebut arogan dan meremehkan.

"Sangat naif jika mereka bisa bermitra dengan perusahaan telekomunikasi lokal ketika masuk ke negara lain, namun datang ke Indonesia tanpa melihat kami. Menurut saya, pemain OTT global, khususnya layanan video berbayar, sangat membutuhkan kerja sama bisnis dengan perusahaan telekomunikasi lokal, terutama dalam hal mekanisme biliing ke pelanggan," ujar Dian di Jakarta, Kamis, 11 Februari 2016.

Selain pengguna kartu kredit yang masih sedikit dan tidak bisa diandalkan dalam mekanisme billing, dijelaskan Dian, OTT juga membutuhkan kerja sama penempatan konten pada platform Content Delivery Network (CDN) milik perusahaan lokal. Kerja sama itu dalam rangka menjaga kualitas layanan dan pengaturan sensor konten.

Dian mengatakan lewat mekanisme Tripleplay, konten video milik OTT bisa dinikmati dengan kualitas baik, harga terjangkau dan tanpa memakan bandwidth internet pelanggan.

“Saat ini, sebagian besar OTT berasal dari Amerika. Kita tidak bisa meniru cara ekstrem Tiongkok yang mengganti OTT asing dengan lokal (Facebook, Google, Amazon, PayPal diganti dengan QQ, Baidu, Alibaba, Alipay). Namun paling tidak ada pendekatan jalan tengah, yakni memberdayakan pemain-pemain OTT lokal," jelasnya.

Dian juga menegaskan, Telkom tak menganggap OTT sebagai ancaman melainkan sebuah peluang baru yang harus digarap.

"Salah besar kalau ada yang menganggap Telkom takut dengan OTT. Kami itu hanya mau fair in running business. Memang, fenomena yang terjadi sekarang, kehadiran OTT yang menggerus potensi pendapatan operator Telekomunikasi akan semakin intens. Namun dengan keunggulan infrastruktur, sumber daya manusia dan finansial yang masih dimiliki, kita bisa mengambil peluang yang sama di bisnis OTT," kata Dian.

Menurut Dian, fenomena OTT, dengan layanan yang sebagian besar gratis dan menumpang  pipa bandwidth milik perusahaan telekomunikasi lokal, disikapi berbeda-beda oleh penyedia jaringan.

“Ada yang melihat sebagai ancaman (pesimis), beberapa menganggap sebagai peluang (optimis) dan sebagian besar pasrah (realis) melihat serbuan OTT. Kalau Telkom termasuk yang optimis dan melawan balik serangan yang datang. Kita sudah ada strategi menghadapi fenomena ini jauh sebelum ramai-ramai soal OTT sekarang,” jelasnya.

Dian menjelaskan secara gamblang, setidaknya ada empat area OTT yang bersinggungan dengan perusahaan telekomunikasi. Pertama, OTT Voice dan OTT Messaging/Social Media seperti Skype, whatsapp, Line, Viber, KakaoTalk, GoogleTalk, Wechat, dan Telegram. Jenis OTT ini sudah lama menggerus pendapatan suara dan SMS operator. Sedangkan dua OTT berikutnya yaitu OTT Content/Video dan OTT Cloud Computing diyakini akan menjadi OTT dengan pertumbuhan tertinggi dalam waktu dekat.

Strategi Telkom melawan OTT

Para pemain OTT ini dianggap sebagai bahaya laten bagi para operator karena tidak mengeluarkan investasi besar, tetapi mengeruk keuntungan di atas jaringan milik operator.

“Telkom sedang dalam tahap transformasi untuk menangkap peluang bisnis baru. Pada saatnya nanti, Telkom tidak akan lagi disebut perusahaan telekomunikasi tapi Digital Company,” katanya.

Strategi Telkom dalam menghadapi OTT pada 4 area pertarungan tersebut di antaranya dalam layanan suara. Dalam layanan ini, Telkom mempertahankan jasa suara yang sudah ada dan menawarkan kualitas yang lebih baik (cristal clear voice, dll) untuk dapat menarik minat pengguna. Untuk area media sosial, Telkom akan melakukan manage retreat. Sedangkan untuk area Video/konten akan menawarkan platform internet TV, dan mengajak konten yang haus bandwitdh   menjadi salah satu konten yang disalurkan melalui platform internet TV Milik Telkom.

Sedangkan pada persaingan Cloud/IoT/M2M menawarkan platform cloud computing dengan mengoptimalkan infrastruktur milik Telkom. Misalnya, penggunaan data center atau solusi dari TelkomSigma.