Berbekal Tanah Liat, Mahasiswi Ini Jadi Jutawan

Putri
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id
- Berawal dari hobi membuat kerajinan tangan berbahan dasar
clay
(tanah liat) yang dimulai sejak duduk di bangku SMP, kini gadis dua puluh tahun ini menjadi jutawan.

Adalah Putri Melati Kusumaningrum (20) yang menekuni kerajinan tangan berbahan baku clay dengan membuat produk karakter orang yang laku keras meski promosinya hanya melalui media sosial Instagram.

Saat VIVA.co.id mendatangi tempat usaha sekaligus rumah Putri di Jalan Ring Road Utara nomor 34, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, gadis yang kini kuliah semester enam jurusan Bahasa Perancis, UGM ini, menceritakan awal mula kesuksesannya menggeluti usaha kerajinan tangan.

"Awal hanya iseng membuat gantungan kunci dan ditawarkan kepada teman-teman satu sekolahan. Waktu itu saya sekolah di SMP 215 Jakarta Barat," kata Putri kepada VIVA.co.id, Senin, 1 Februari 2016.

Meski promosi hanya melalui broadcast BBM (BlackBerry messenger), gantungan kunci yang dijual seharga Rp25 ribu per buah tersebut laku keras.

Lulus SMP dan masuk ke SMA 112 Jakarta, usaha yang ditekuni anak bungsu dari pasangan Wirastuti Murwani (62) dan almarhum Soeyadi Heryanto bertambah banyak. Bahkan, tidak hanya satu sekolahan, tetapi merambah ke sekolahan yang lainnya.

"Waktu SMA itu saya sudah bisa ngumpulin uang hingga lebih dari Rp1 juta dalam satu bulannya berjualan kerajinan tangan berbahan baku clay. Saya juga menerima pesanan sesuai keinginan pembelinya," ujarnya menjelaskan.

Lulus dari SMA dan melanjutkan studi di jurusan Bahasa Perancis, UGM, Putri mulai mengembangkan usahanya membuat kerajinan tangan berbahan baku clay dengan membuat karakter orang dan ditawarkan melalui media sosial Instagram.

"Ternyata respons calon pembeli cukup tinggi dan saya kewalahan untuk memenuhi pesanan calon pembeli," ujarnya.

Agar tidak kewalahan memenuhi permintaan konsumen, Putri mengaku membatasi ukuran frame yaitu 15 cm x 20 cm dengan harga Rp230 ribu dan 20 cm x 25 cm dengan harga Rp250 ribu.

"Dalam satu hari saya mendapatkan pesanan sekitar enam hingga 12 frame dan untuk mengerjakan pesanan saya menambah tenaga kerja hingga empat orang," ungkapnya.

Calon pembeli yang mengetahui promosi lewat Instagram dengan akun bernama Sisterclay, kata Putri, harus membayar tunai melalui transfer rekening ditambah ongkos kirim.

Dia mengaku, saat ini pembelinya datang hampir dari seluruh Indonesia. 

"Ada pembeli dari Papua yang rela memesan produk seharga Rp250 ribu, tetapi biaya kirim di atas harga produk yang dipesannya," kata gadis yang juga kuliah semester dua jurusan manajemen, UPN Yogyakarta ini.

Dengan usia yang masih sangat muda ini, Putri mengungkapkan, ingin mengembangkan usahanya hingga keluar negeri. Sayangnya, masih terbentur dengan biaya pengiriman yang mahal jauh melebihi biaya pembuatannya.

"Ada calon pembeli dari Malaysia, namun demikian untuk pengirimannya terlalu mahal sehingga niat itu saya urungkan dan baru memenuhi pesanan dalam negeri saja," tuturnya.

Putri yang punya moto hidup tak ingin menjadi karyawan seperti kedua orangtuanya mengaku bersyukur dengan usaha yang dijalaninya. Dia setidaknya saat ini mampu untuk membiayai kuliah sendiri, memberi gaji karyawannya per bulan hingga Rp1,5 juta.

"Saya ingin seperti kakak saya yang juga bekerja sebagai pengusaha dan tidak mau menjadi karyawan meski gajinya besar. Dengan menjadi pengusaha justru saya mampu menolong orang lain."

(mus)