Menguak Agresivitas Virus Herpes di Antariksa
- softpedia.com
VIVA.co.id - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) punya proyek baru. Badan tersebut telah menerima hibah dan kontrak untuk menyelidiki sejauh mana tingkat agresivitas virus herpes di lingkungan antariksa.
Proyek hibah senilai US$80 ribu (Rp1,1 miliar) itu nantinya diharapkan peneliti bisa memahami bagaimana tingkat mutasi virus dan kenapa gejala virus herpes ini menjadi sangat buruk saat meninggalkan Bumi. Jenis virus herpes yang diteliti akan fokus pada herpes oral, virus Epstein-Barr, infeksi Varicella yang menyebabkan cacar air dan herpes zoster yang menyebabkan ruam saraf.
Untuk meneliti perilaku virus tersebut, NASA akan berkolaborasi dengan peneliti Universitas Florida, AS.
"Setidaknya empat dari delapan jenis virus herpes manusia itu yang umumnya lama menginfeksi manusia telah menunjukkan aktif kembali dalam penerbangan antariksa," kata NASA dikutip Daily Mail, Kamis 28 Januari 2016.
Diketahui, penerbangan antariksa dikenal meningkatkan frekuensi dan durasi aktivasi kembali virus herpes.
Nantinya, peneliti akan mengumpulkan dan menganalisis sampel air liur dan urine masing-masing astronaut yang terlibat dalam studi tersebut sebelum mereka menjalankan misi ke antariksa.
Disebutkan, analisis berurutan nantinya akan dilakukan pada sampel sebelum, selama, dan setelah astronaut kembali dari misi tersebut.
Penelitian terhadap virus tersebut sejatinya sudah dilakukan pada 2012. Saat itu, NASA menerbitkan artikel yang menjelaskan mengapa banyak astronautnya yang menderita ruam saraf begitu kembali dari misi antariksa.
Artikel itu menuliskan delapan jenis virus herpes tersebut kemungkinan sudah berada dalam tubuh manusia dan hampir semua manusia telah terinfeksi satu atau dua virus tersebut.
"Virus herpes sudah hadir di astronaut, setidaknya telah ada pada 95 persen populasi dewasa dunia," tulis artikel tersebut.
Studi virus herpes itu akan terus dilakukan hingga Mei 2018.
"Intinya, studi yang diusulkan ini adalah kesempatan untuk menguji pengaruh penerbangan antariksa pada tingkat mutasi dan keragaman virus pada manusia, serta menilai risiko potensial mutasi virus yang terakumulasi selama misi antariksa yang lama," jelas NASA.