Harga Pangan RI Lebih Tinggi dari Enam Negara Ini
Rabu, 27 Januari 2016 - 17:46 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
VIVA.co.id
- Presiden Joko Widodo menyoroti tingginya harga pangan di Indonesia. Apalagi, dari data yang diperoleh Presiden, harganya jauh di atas negara-negara tetangga seperti Filipina hingga India.
Kenaikan harga pangan, seperti daging sapi yang menembus hingga Rp120 ribu per kilogram (kg), sudah mulai terjadi sejak 2011 lalu, hingga sekarang.
"Tadi pagi saya juga mendapatkan data bahwa kenaikan harga pangan dimulai 2011 sampai 2014-2015 kemarin. Naiknya sudah hampir mencapai 70 persen. Ini hati-hati," kata Jokowi saat membuka rapat kabinet terbatas, di kantornya, Jakarta, Rabu, 27 Januari 2016.
Padahal, lanjut Presiden, jika dilihat di tengah tingginya harga pangan, 81 persen penduduk Indonesia adalah konsumen beras.
Baca Juga :
"Ini juga hati-hati. Artinya kenaikan harga pangan akan memukul 81 persen jumlah penduduk kita. Dan makanan menyumbangkan 73 persen garis kemiskinan kita, ini hati-hati betul," ujarnya menambahkan.
Dengan terus mengalami kenaikan, harga pangan di Indonesia semakin mahal dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Harga pangan kita berada di tingkat lebih tinggi dibandingkan negara lain seperti Filipina, China, Kamboja, India, Thailand, maupun dengan Vietnam. Ini fakta,"ujarnya.
Untuk itu, dia meminta agar kualitas hidup masyarakat terkait pemenuhan kebutuhan pangan, harus diperhatikan. Terlebih, Indonesia termasuk lima terburuk dalam hal gizi balita.
"Oleh sebab itu langkah-langkah komprehensif memperbaiki permintaan, memperbaiki suplai, memperbaiki rantai-rantai perdagangan, sistem data, dan informasi pertanian kita harus betul-betul komprehensif dan betul-betul valid," jelas Jokowi.
Jokowi menekankan, tujuan utama kebijakan pangan adalah membuat rakyat cukup kebutuhannya terhadap pangan. Dengan demikian, kebijakan yang ada harus menguntungkan semua pihak, baik itu pedagang, masyarakat sebagai konsumen.
"Jadi yang sejahtera jangan hanya yang tengah, yang pedagangnya, yang tradernya, tapi yang berproduksi juga harus diberikan juga keuntungan dan kesejahteraan."
(mus)