Ini Alasan Mochtar Riady Ingin Banyak Bangun Rumah Sakit

Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Mochtar Riady, pendiri Lippo Group, tahun ini akan memasuki usia 87 tahun pada 12 Mei 2016. 

Di usianya yang sudah terbilang sepuh itu, dia tidak terlalu banyak memikirkan bisnis yang sudah dirintisnya dari awal. Namun, dia ingin fokus membangun banyak rumah sakit di Indonesia.
 
Menurut Mochtar, saat ini banyak rumah sakit umum yang ada di ‎Indonesia sangat tidak layak, baik dari fasilitas dan pelayanan yang diberikan. Maka, pembangunan rumah sakit dengan fasilitas dan pelayanan yang baik sangat dibutuhkan di Indonesia.
 
"‎Jadi saya pikir, kalau diberikan kesempatan, saya akan membangun rumah sakit yang lebih banyak. Karena, rumah sakit umum yang ada di Indonesia sangat tidak layak, meski banyak subsidi yang diberikan pemerintah. Rumah sakit swasta justru lebih bersih dan tidak jorok," ujar Mochtar, ditemui saat peluncuran buku otobiografi Mochtar Riady “Manusia Ide” di Hotel Aryaduta, Tugu Tani, Jakarta, Selasa, 26 Januari 2016.
 
Mochtar sedikit bercerita, saat ia bersama Presiden Joko Widodo ingin meresmikan Rumah Sakit Siloam Internasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sangat miris saat melihat rumah sakit umum yang kotor.
 
"Ketika ingin meresmikan, Pak Presiden Jokowi tiba-tiba mau ke rumah sakit umum di Kupang, sampai di lokasi begitu kotornya rumah sakit di sana. Jadi, saya ingin membangun rumah sakit yang lebih bersih," tuturnya.
 
Mochtar sangat resah keadaan rumah sakit umum pemerintah yang dananya didapatkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tiap tahunnya. 
 
Tapi, hasil kinerjanya sangatlah di luar dugaan, bila dibandingkan dengan rumah sakit yang dimiliki swasta. 
 
"Mereka dapat gedung dari negara, pegawainya digaji sama negara, dapat BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) juga, itu semua subsidi‎, tapi sangat kotor. Beda sekali dengan rumah sakit saya yang tidak dapat sama sekali subsidi, tapi bisa memberikan pelayanan yang baik. Jadi, pembangunan rumah sakit salah satu tujuan saya," ujarnya.
 
Selain itu, Mochtar menyoroti sangat jauhnya perbedaan antara mahasiswa kedokteran yang tiap tahunnya hanya menghasilkan 7.000 dokter, dengan jumlah tiga juta bayi yang tiap tahunnya lahir. 
 
"Jadi, kesenjangan ini yang harus disoroti. Antara rumah sakit yang layak, dan kami ingin juga tidak jauh antara perbedaan jumlah dokter dan bayi yang lahir tiap tahunnya. Karena, kalau itu terjadi, tidak ada keseimbangan, apalagi Indonesia butuhkan yang khususnya spesialis," ucapnya.