XL dan Indosat Ooredoo Kian 'Mesra', Bakal Bersatu?
- abc.net.au
VIVA.co.id - PT XL Axiata Tbk dan PT Indosat Ooredoo Tbk kian menunjukkan 'kemesraannya'. Dua operator telekomunikasi besar tersebut selalu menjalin kerja sama dalam beberapa waktu ini. Apa arahnya akan konsolidasi?
Seperti yang diumumkan baru-baru ini, XL dan Indosat Ooredoo yang berkolaborasi untuk berbagi infrastruktur (sharing infrastruktur) jaringan 4G Long Term Evolution (LTE) melalui Multi Operator Radio Access Network (Moran) di wilayah Banyumas, Surakarta, Batam, dan Banjarmasin.
Bahkan, dikatakan dalam keterangan tertulisnya kemarin kepada VIVA.co.id, kerja sama tersebut akan diperluas, tak hanya dari isinya melainkan hingga ke berbagai kota di seluruh Indonesia. Inisiatif XL dan Indosat Ooredoo ini juga sebagai cara mendukung pemerintah dan efisiensi industri telekomunikasi.
"Melalui ini, kami juga mendukung usaha pemerintah mengurangi impor dalam mata uang asing serta memungkinkan perusahaan untuk lebih efisien, mengurangi impor komponen dan fokus pada investasi dalam negeri," kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) Indosat Ooredoo, Alexander Rusli dalam keterangannya, Rabu 20 Januari 2016.
'Kemesraan' kedua belah pihak ini juga sudah terjadi, pada November 2015, ketika XL, Indosat Ooredo, dan PT Alita Praya Mitra (Alita) memutuskan membentuk konsorsium, guna memenangkan tender proyek Palapa Ring.
"Butuh sinergi untuk bisa sukses. Makanya, kita membentuk konsorsium. Ini high profile project. Dengan struktur ini baru pertama kali terjadi," kata CEO XL Axiata, Dian Siswarini, pada 20 Desember 2015.
Saling kolaborasi terutama berbagi infrastruktur sejalan dengan yang diprioritaskan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara.
Ia berharap para penyelenggara telekomunikasi saling kerjasama, sebab industri telekomunikasi turut menyumbang defisit transksi perdagangan terbesar kedua setelah sektor minyak dan gas (Migas).
Tiga pemain
Diketahui, defisit transaksi perdagangan telekomunikasi mencapai US$6 miliar. Maka dari itu untuk mengurangi defisit tersebut, maka jalan yang paling memungkinkan, yaitu berbagi infrastruktur antaroperator.
"Kalau terjadi konsolidasi, merger, ataupun akuisisi dari para operator, kami akan fasilitasi, karena ini yang akan membuat industri kita efisien," kata Rudiantara, 13 April 2015.
Rudiantara berharap dalam masa ujung jabatannya pada 2019, operator yang ada di Indonesia hanya tersisa tiga atau empat pemain. Saat ini, operator ada tujuh operator, yakni Telkomsel, XL, Indosat Ooredoo, Smartfren, Hutchinson 3 (Tri), Telkom, dan Bakrie Telecom.
"Sharing (infrastruktur) ini bagian dari efisien industri. Ini (sharing) baru awal, ujungnya konsolidasi. Saya berharap tahun 2019 nanti ada empat operator. Mengapa? Efisiensi industri kita harus mencapai skala ekonomi dengan sharing tingkat skala ekonomi dapat terpenuhi," kata Rudiantara, pada 7 Desember 2015.