Tahun Lalu, 18 BUMN Masih Merugi
Rabu, 20 Januari 2016 - 07:37 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebutkan, hingga saat ini masih ada 18 BUMN yang masih merugi. Namun, jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah 27 perusahaan BUMN merugi.
"Tahun 2015, BUMN yang merugi sudah menurun jumlahnya, dari tahun 2014 yang berjumlah 27, sekarang tinggal 18 perusahaan," kata Menteri BUMN, Rini Soemarno, di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa malam, 19 Januari 2016.
Rini menyebutkan, dari total 27 BUMN yang merugi nilainya sebanyak Rp10,2 triliun, dan saat ini menurun 18 perusahaan atau menjadi Rp5,8 triliun.
"Sepanjang 2015 juga kami telah mempekerjakan 856 ribu orang dan diperkirakan ada tambahan pekerja sebesar 184 ribu orang, karena untuk pengerjaan infrastruktur dan jalan tol juga perlu tambahan," kata dia.
Rini menjelaskan, 18 BUMN yang merugi berasal dari sektor yang berbeda-beda. Seperti industri pengolahan yang awalnya 11 perusahaan menjadi delapan perusahaan.
Baca Juga :
Selain itu, sektor transportasi dan pergudangan dari tiga perusahaan menjadi dua perusahaan. Sektor perhutanan, perikanan, dan pertanian awalnya tiga menjadi dua perusahaan. Sektor informasi dan telekomunikasi tetap dua perusahaan.
Selanjutnya, sektor perdagangan besar dan eceran dari tiga perusahaan menjadi satu perusahaan. Dan sektor lain-lainnya, dari sebelumnya lima perusahaan menjadi tiga perusahaan yang merugi.
Dia mengungkapkan, guna terus mengurangi BUMN yang merugi, 36 BUMN pada 2015 menerima penyertaan modal negara (PMN) dengan total Rp41,42 triliun, yang akan dimanfaatkan untuk pendanaan proyek senilai Rp271,76 triliun.
Menurut Rini, membaiknya kinerja BUMN pada tahun 2015 tersebut diiringi dengan program sinergi BUMN dan ditambah dengan ikut sertanya BUMN dalam berbagai proyek infrastruktur.
Adapun selama tahun 2015, total nilai proyek BUMN mencapai Rp795,99 triliun, yang terealisasi sebesar Rp248,52 triliun.
"Sampai akhir tahun sudah terbelanjakan Rp248,52 triliun," tuturnya.