Gubernur BI: Harga Minyak Dunia Anjlok di Bawah Perkiraan
Senin, 18 Januari 2016 - 19:37 WIB
Sumber :
- bankmandiri.co.id
VIVA.co.id - Harga minyak dunia kembali tergerus di bawah level US$30 per barel, menyusul dicabutnya sanksi Iran oleh pemerintah Arab Saudi yang berpotensi akan membuka gelombang ekspor minyak baru bagi.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, Senin, 18 Januari 2016, mengatakan kondisi ini tentunya akan memberikan kekhawatiran tersendiri bagi ekonomi dunia, tak terkecuali bagi Indonesia.
"Itu (harga minyak) di bawah perkiraan. Kita tahu negara seperti Iran akan menambah supply, dan belum ada kesepakatan dari Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk memangkas produksinya," ujar Agus saat ditemui di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Jakarta.
Pemerintah dan bank sentral, kata Agus, memiliki rencana melakukan promosi produk-produk di dalam negeri, untuk mencari pangsa pasar baru ditengah harga komoditas yang terus anjlok. Apalagi, Tiongkok sebagai negara tujuan utama ekspor Indonesia masih dalam tren penurunan.
"Karena pada saat harga komoditi tertekan, ekonomi Tiongkok melemah, Indonesia harus bisa cari pasar baru. Dengan adanya biaya promosi yang efisien, dan diarahkannya untuk membuka pasar, ini baik sekali," tutur dia.
Meski demikian, mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini enggan berkomentar lebih jauh. Menurutnya, perkembangan harga minyak dunia yang masih dalam fase seperti ini merupakan hal utama yang patut untuk diwaspadai ke depannya.
"Kami belum bisa melihat. Tapi, kita perlu waspada harga minyak yang cenderung turun," tuturnya. (ase)
Baca Juga :
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, Senin, 18 Januari 2016, mengatakan kondisi ini tentunya akan memberikan kekhawatiran tersendiri bagi ekonomi dunia, tak terkecuali bagi Indonesia.
"Itu (harga minyak) di bawah perkiraan. Kita tahu negara seperti Iran akan menambah supply, dan belum ada kesepakatan dari Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk memangkas produksinya," ujar Agus saat ditemui di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Jakarta.
Pemerintah dan bank sentral, kata Agus, memiliki rencana melakukan promosi produk-produk di dalam negeri, untuk mencari pangsa pasar baru ditengah harga komoditas yang terus anjlok. Apalagi, Tiongkok sebagai negara tujuan utama ekspor Indonesia masih dalam tren penurunan.
"Karena pada saat harga komoditi tertekan, ekonomi Tiongkok melemah, Indonesia harus bisa cari pasar baru. Dengan adanya biaya promosi yang efisien, dan diarahkannya untuk membuka pasar, ini baik sekali," tutur dia.
Meski demikian, mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini enggan berkomentar lebih jauh. Menurutnya, perkembangan harga minyak dunia yang masih dalam fase seperti ini merupakan hal utama yang patut untuk diwaspadai ke depannya.
"Kami belum bisa melihat. Tapi, kita perlu waspada harga minyak yang cenderung turun," tuturnya. (ase)